Mohon tunggu...
Alzian Virgiawan
Alzian Virgiawan Mohon Tunggu... -

hanya mencoba bermain kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ganja Obat Flu Burung dan Flu Babi?

3 Maret 2012   18:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:33 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada umumnya terdapat dua tahapan dalam respon imunitas yang manapun. Pertama-tama, pasukan alami dari sistem imunitas tubuh merespon dengan memulai inflamasi akut dan pembunuhan sel-sel oleh radikal bebas. Respon umum ini kemudian berkurang seiring dengan acquired immune yang lebih terarah mulai bekerja. Respon imunitas yang berhasil dicirikan dengan kontrol terhadap infeksi dalam hal berkurangnya bahaya bagi organisme yang terinfeksi. Tujuan ini sulit dan kompleks untuk dicapai. Baik faktor lingkungan maupun genetika, serta kesempatan juga menentukan hasil dari infeksi yang terjadi.

Fungsi yang dilakukan oleh sel-sel kekebalan tubuh alamiah sangat tergantung pada inflamasi, dan sebagai konsekuensi-nya menghasilkan kerusakan sampingan pada jaringan-jaringan di sekitar. Neutrofil, monosit dan makrofage adalah sel ‘migratoris’ yang berpindah ke lokasi infeksi dan memulai respon kekebalan alamiah. Pada akhirnya, sel-sel dari jenis-jenis yang sama ini juga bertanggung jawab atas transisi ke acquired response sebagai hasil dari kehadiran dan antigen uptake. Pemikiran saat ini menyebutkan bahwa sel monosit melepaskan protein pengikat, MCL-1, yang menempel pada reseptor chemokine CCR2 pada sel dendritik baru yang menghasilkan TNF dan iNOS (Tip) [42], dimana pada saat infeksi tingkat lanjut memicu [43].

Ada banyak studi yang menunjukkan kapasitas cannabinoid untuk mengurangi serangan respon kekebalan yang pro-inflamasi. Perpindahan neutrofil [44] dan monosit dinhibisi (dihambat) dengan mengaktifkan reseptor CB2 [45]. Dalam langkah yang serupa, cannabinoid mengurangi respon terhadap chemokynes yang pro-inflamasi dan cytokines [46] termasuk TNF [47-49]. Sangat relevan dengan proposal kami, efek dari THC pada inflamasi yang disebabkan oleh influenza telah diteliti [50,51]. Studi ini menunjukkan kalau THC bisa mencegah kematian sel-sel epitelial paru-paru akibat influenza walaupun ada peningkatan dalam serangan virus.

Dalam rangka mengapresiasi signifikansi dari penemuan ini, model termostat bisa membantu. Termostat inflamasi dari Homo Sapiens diatur pada ratusan juta tahun yang lalu. Manusia telah menjalani kehidupan yang kotor dan singkat. Respon inflamasi yang kuat menjadi sangat penting. Pada beberapa kesempatan, seperti yang terjadi dengan infeksi influenza di dunia modern yang lebih bersih, termostat inflamasi mungkin diatur terlalu tinggi. Sebagai akibatnya, daripada melindungi kita, sistem kekebalan tubuh kita malah membunuh kita sendiri.

Biologi tidak pernah sederhana. Virus influenza sendiri bersifat cytolitic dan karenanya destruktif terhadap sel-sel epitelial, dan pertahanan kita juga rumit [52]. Pertanyaan kemudian menjadi, apa yang membunuh pertama? virus atau sistem kekebalan tubuh? Jawaban yang mungkin, tetapi kompleks adalah bahwa hasilnya akan tergantung pada keseimbangan biokimia yang idiosinkratik (unik pada masing-masing manusia) dari seorang individu, paparannya pada masa lalu, serta rumus genetik mereka.

Studi Kasus

Hal yang penting adalah bagaimana dialog yang kompleks antara agen infeksi dan organisme yang terinfeksi meningkatkan kemungkinan bertahan hidup atau mati. Bisakah seorang individu mengurangi inflamasi dan konsekuensi mematikannya sementara masih mengontrol infeksi virus? Kami memiliki jawaban yang terbatas namun signifikan. Steve Kubby memiliki pheochromocytoma yang telah bermetastasis dan tidak dapat dioperasi. Ia adalah survivor jangka panjang satu-satunya dari penyakit ini, telah mengidapnya selama 35 tahun. Pengobatan satu-satunya adalah ganja. Akhir-akhir ini, ia terkena kasus influenza umum yang serius, ia mengobati dirinya sendiri dengan lozenges berisi ekstrak ganja daripada menghisapnya dengan dibakar. Gejalanya menjadi lebih ringan daripada yang biasa terjadi ketika ia mendapat flu dan merokok ganja di masa lalu. Menurunkan inflamasi yang diatur oleh kekebalan tubuh tidak membahayakan dirinya dan faktanya malah terlihat bermanfaat.

Saat ini penting untuk menentukan apakah lozenges kami efektif dalam mengurangi kematian akibat flu burung. Kami merasa pekerjaan ini sangatlah penting karena orang-orang terus-menerus muncul dengan varian baru dari virus influenza, seperti jenis virus flu burung dan flu babi yang saat ini sedang mengancam manusia. Karena keragaman intrinsik tingkat tinggi yang dimiliki oleh virus influenza, hanya masalah waktu sebelum permasalahan ini menjadi semakin serius. Kami berharap dapat menyediakan solusi yang aman, efektif dan murah terhadap ancaman ini, yang secara literal dapat membunuh jutaan manusia. Sangat penting untuk memulai pekerjaan ini secepat mungkin. Ketika “Flu Spanyol” (Spanish Flu) meledak pada tahun 1918, lebih banyak orang meninggal karenanya daripada perang dunia pertama.

Jurnal:

1. Nicolis, G. & Prigogine, I. Exploring Complexity: An Introduction (W.H. Freeman & Company, 1989).

2. Melamede, R. J. Dissipative Structures and the Origins of Life. Interjournal Complex Systems 601 (2006).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun