Konflik merupakan gejala universal yang tidak dapat lepas dari kehidupan masyarakat. Perspektif ini mengarah pada ketegangan antar masyarakat dan memandang konflik sebagai pendorong utama perubahan sosial. Perspektif ini digunakan untuk menganalisis bagaimana perilaku modifikasi ilegal yang sudah menjadi hal lumrah bagi masyarakat.
Perspektif Interaksi SimbolikÂ
Perspektif ini berfokus pada makna yang diciptakan bersama-sama melalui interaksi sehari-hari masyarakat. Isu dapat dilihat dari perspektif suatu komunitas di mana mereka beranggapan bahwa pelat yang dimodifikasi merupakan hal yang dapat menambah nilai estetika kendaraan tersebut.Â
Dalam prosesnya ditemukan hubungan antar teori ini dengan 3 fungsi DKV, yaitu identitas, promosi, dan informasi (Putri, 2022). Secara identitas, pelat nomor kendaraan yang dimodifikasi dapat menjadi pembeda dari kendaraan lainnya sekaligus menunjukkan ekspresi identitas pemiliknya. Pelat nomor kendaraan yang dimodifikasi ini menjadi sarana dalam mengekspresikan jati diri dan kepribadian pemiliknya. Sedangkan dalam fungsi promosi, tampilan pelat nomor kendaraan yang tidak biasa dapat meningkatkan visibilitas kendaraan tersebut sekaligus sebagai media promosi baik untuk diri sendiri maupun hal lain seperti organisasi atau partai agar lebih dikenal. Secara fungsi informasi, pelat nomor kendaraan yang telah dimodifikasi dapat menjadi media informasi tentang pemiliknya. Informasi ini dapat berupa pencantuman nama atau asal dari pemilik kendaraan tersebut, seperti mencantumkan asal wilayah provinsi atau kabupaten.
Modifikasi pelat nomor tidak hanya memengaruhi tampilan secara estetika, tetapi juga dari segi ergonomi. Ergonomi menurut Ginting (2010) adalah suatu cabang keilmuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan juga bekerja pada suatu sistem yang baik yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan melalui pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan nyaman. Ergonomi dalam pelat nomor dapat dilihat dalam beberapa bagian. Dalam tipografi, sebaran huruf pelat dirancang demi kenyamanan membaca tanpa memberikan efek kelelahan pada mata. Pelat nomor kendaraan memiliki standar dalam representasi ergonomi tipografi. Standar jarak baca yang tertulis dalam Peraturan Pemasangan TNKB yakni minimal 50 meter di belakang kendaraan (Tobing, 2016). Sementara font yang digunakan merupakan font Sans Serif Basic dan FE Schrift. Kedua font tersebut digunakan agar dapat dibaca dengan mudah dari jarak jauh, sehingga mudah diidentifikasi oleh pengendara lain jikalau pemilik kendaraan mengalami kecelakaan atau melakukan tindak kriminal. Modifikasi pelat nomor yang mengubah teks dalam pelat tentu akan memengaruhi keterbacaannya, sehingga lebih riskan.
Setelah ditelaah, fenomena modifikasi pelat oleh Gen Z ini disebabkan oleh berbagai macam faktor, meliputi:Â
Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mendorong Gen Z untuk melakukan modifikasi pada pelat nomor kendaraan mereka, terlebih lagi lingkungan komunitas dan media sosial yang menyebabkan rasa tidak ingin tertinggal tren yang sedang ramai di komunitas atau yang sedang beredar di media sosial.
Media Ekspresi DiriÂ
Banyak aspek dalam kehidupan Gen Z yang bisa dimanfaatkan sebagai media mengekspresikan diri, salah satunya adalah kendaraan pribadi. Melakukan modifikasi pada pelat nomor kendaraan bisa menjadi ruang untuk menunjukkan identitas, minat, atau hobi pemiliknya.Â
Kebutuhan Estetika