Mohon tunggu...
Alyssa Diandra
Alyssa Diandra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter Umum

Berbagi ilmu kesehatan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yuk, Jaga Kesehatan Mental Ibu

24 Januari 2024   18:24 Diperbarui: 25 Januari 2024   01:50 949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik)

Setelah sebelumnya publik digegerkan dengan berita ibu hendak bunuh diri bersama bayinya di stasiun kereta, kembali muncul kabar bayi dibuang dan diselamatkan oleh salah satu figur publik.

Tentu ini merupakan tindakan yang disayangkan mengingat anak merupakan titipan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga. Usaha seorang ibu untuk menjaga kehamilannya selama 9 bulan juga bukan tugas mudah. Terlebih ada wanita di luar sana yang menginginkan anak namun belum diberikan kesempatan.

Beberapa pemikiran ini membuat masyarakat menggelengkan kepala hingga mudah untuk mengatakan bahwa mereka mungkin kurang bersyukur, kurang iman, pribadi yang jahat, lemah, tidak bertanggung jawab dan sebagainya. Suatu luapan emosi yang wajar. Namun, setelah emosi mereda, mari bersama kita coba memahami salah satu faktor yang mungkin berperan pada kondisi mereka.

Selain masalah ekonomi, ketidaksiapan memiliki anak, faktor lain yang dapat berperan yakni adanya depresi. Depresi merupakan masalah kesehatan mental yang tidak dapat disepelekan. Depresi dapat terjadi kapan saja, dalam hal ini selama kehamilan hingga pasca persalinan. Secara umum, mungkin lebih dikenali 2 istilah yakni baby blues dan depresi pasca persalinan (postpartum depression).

Apa itu baby blues dan depresi pasca persalinan?

Baby blues merupakan suatu kondisi perubahan suasana hati dari senang menjadi sedih setelah melahirkan, biasanya membaik dalam waktu 2 minggu tanpa terapi dan cenderung tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Perasaan cemas, mudah menangis tanpa sebab, gelisah, lelah, perubahan pola tidur dan mudah marah adalah beberapa tanda yang dapat ditemukan pada kondisi ini.

Sedangkan untuk depresi pasca persalinan, timbul dalam 6 minggu pasca persalinan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi depresi pasca persalinan lebih berat dan membutuhkan penanganan profesional. Beberapa tanda yang dapat muncul pada depresi pasca persalinan yakni

  • Merasa sedih dan atau lelah
  • Perubahan pola makan
  • Perubahan tidur
  • Sulit konsentrasi, mudah lupa
  • Rasa bersalah atau merasa sebagai ibu yang buruk
  • Cemas atau tidak ada keinginan untuk berinteraksi atau berhubungan dengan anak
  • Ada ketakutan menyakiti anak
  • Ada keinginan mengakhiri hidup

Mengapa bisa terjadi depresi pasca persalinan?

Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya depresi pasca kehamilan yakni

Faktor psikis ibu

Adanya riwayat masalah kesehatan mental sebelumnya seperti cemas, gangguan kepribadian, depresi ataupun riwayat kekerasan seksual dapat meningkatkan risiko depresi pasca persalinan.

Jika menemukan seseorang dengan riwayat kekerasan seksual atau pemerkosaan yang tidak mendapat penanganan yang tepat, ditambah harus menjaga kehamilan yang tidak diinginkan serta tidak ada dukungan sosial yang adekuat, hal ini tidak hanya meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan. Ada kemungkinan bahwa dia sudah mengalami depresi selama kehamilan.

Proses persalinan

Proses persalinan bukanlah hal yang mudah dilewati dan tanpa risiko. Persalinan yang sulit, adanya kegawatdaruratan selama persalinan, perubahan proses persalinan misalnya menggunakan vakum, atau operasi saesar bisa menimbulkan stres yang berat bagi seorang ibu. Terlebih jika kondisi anak yang dilahirkan mengalami masalah kesehatan tertentu.

Faktor sosial

Peran dukungan sosial bagi seorang ibu sangat penting selama kehamilan hingga persalinan. Kekerasan dalam rumah tangga baik seksual, fisik maupun verbal oleh pasangan, adanya konflik dengan anggota keluarga lain seperti mertua, saudara atau orang tua, atau tidak adanya dukungan bagi korban kekerasan seksual atau pemerkosaan akan membuat masa kehamilan hingga persalinan semakin berat.

Gaya hidup

Gaya hidup sehat perlu dijaga tidak hanya untuk kesehatan fisik ibu dan janin selama kehamilan. Namun juga untuk membantu menurunkan risiko depresi.

Kurang tidur dapat meningkatkan risiko depresi. Sedangkan olahraga, yang tentunya disesuaikan dengan kondisi fisik sendiri dan kehamilannya, dapat meningkatkan hormon endorfin yang berperan untuk perasaan bahagia.

Selama kehamilan, banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh. Perubahan hormon selama kehamilan dapat mempengaruhi fungsi biologis tubuh serta respon tubuh terhadap stres baik secara fisik maupun emosional.

Kemudian, faktor peran baru sebagai ibu yang seringkali tidak mudah dapat mempengaruhi kondisi fisik sehingga meningkatkan kerentanan seseorang terhadap stres yang berujung meningkatkan risiko baby blues dan depresi pasca persalinan.

Bagaimana menghadapi baby blues ataupun depresi pasca persalinan? 

Baik baby blues maupun depresi pasca persalinan keduanya harus mendapatkan penanganan yang tepat. Meskipun baby blues terkesan lebih ringan, namun jika tidak disikapi dengan tepat dapat memburuk menjadi depresi pasca persalinan.

Kemudian, akibat dari depresi pasca persalinan yakni peran ibu sebagai primary care giver tidak maksimal, ikatan ibu dan anak yang tidak terbentuk, dan paling berat yakni dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi dengan mengakhiri hidup.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko atau menghadapi kondisi baby blues atau depresi pasca persalinan yakni

Sebagai diri sendiri

Menjaga pola hidup sehat dari makanan yang dikonsumsi, olahraga, tidak merokok, serta menjaga pola tidur harus dimulai sejak sebelum kehamilan, kehamilan hingga pasca persalinan.

Kemudian memperkuat interaksi sosial dengan keluarga atau teman serta mengikuti kelompok dukungan ibu-ibu atau pasca persalinan jika dibutuhkan. Jika menyadari terdapat tanda-tanda diatas, jangan ragu mencari pertolongan terutama ke tenaga kesehatan profesional.

Sebagai keluarga, teman, atau relasi

Kenali tanda-tanda baik baby blues maupun depresi pasca persalinan. Jika menemukan seseorang memiliki beberapa tanda mengarah ke kondisi terutama depresi, maka jangan segan menyarankan untuk menemui tenaga kesehatan profesional baik psikiater maupun psikolog.

Jika mereka memiliki keluhan atau kekhawatiran tertentu, dengarkan mereka dengan empati serta dukung mereka. Dukungan sosial yang baik akan sangat membantu mereka melewati masa kehamilan hingga persalinan karena merasa tidak sendiri.

Peran seorang ibu tidak mudah. Seringkali stigma menghalangi seorang ibu untuk terbuka akan kekhawatiran dan kesedihannya karena takut dianggap tidak mampu atau gagal.

Meskipun kondisi depresi atau gangguan kecemasan bisa mendasari tindakan seperti menelantarkan, menyiksa apalagi membunuh seseorang, hal tersebut tetap tidak dapat dibenarkan.

Mari meningkatkan kepekaan bersama. Jika menemukan tanda seperti di atas, segera cari pertolongan ke bantuan profesional untuk memastikan penyebab dan penanganan yang tepat. Dukung kesehatan dan peran ibu untuk kemajuan bangsa.

***

Referensi :

Mughal S, Azhar Y, Siddiqui W. Postpartum Depression. [Updated 2022 Oct 7]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519070/

American Psychiatric Association. What is Perinatal Depression? Diakses dari : https://www.psychiatry.org/patients-families/peripartum-depression/what-is-peripartum-depression

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun