Begitulah, dan betapa kegetnya Indri ketika di sebuah caf di pusat kota Surabaya, seorang perempuan berwajah mirip Bagus secara reflek menyapanya di meja pemesanan. Seorang perempuan jangkung, berambut panjang sedikit ikal, dan dadanya montok berisi, yang ternyata adalah orang yang lama dia cari-cari; Bagus.
Pertemuan malam itu berlangsung sangat dramatis. Bagus---yang berubah menjadi Sara---memberitahu Indri bahwa dia akan menikah dengan seorang pengusaha kaya. Indri tak bisa menyembunyikan kalau dia shock mendengar kabar itu.
"Kamu mau nikah? Kamu sadar nggak, meskipun kamu udah jadi kayak gini, tetep aja kamu itu laki-laki. Dan yang kamu nikahi itu juga laki-laki!"
Indri merasa tak perlu mendengar jawaban dari Sara. Setelah tuntas dengan kalimatnya, dan setelah dia berhasil menguasai emosinya, dia kemudian berlalu meninggalkan caf itu. Tanpa pamit, tanpa sepatah dua kata perpisahan. Begitu juga Sara yang lebih memilih bergeming, tak sedikit pun berupaya mencegah kepergian Indri.
Indri sebenarnya sudah memantapkan hati untuk pulang. Tapi ada dorongan dalam hati kecilnya agar dia kembali menemui Sara. "Kamu harus bisa nerima Bagus yang sekarang, Ndri," begitu bunyi yang menggema dalam lubuk hatinya.
Akhirnya, malam selanjutnya, dia pun datang kembali ke caf Sara. Persis tengah malam, setengah jam sebelum caf tersebut tutup.
"Aku minta maaf, Sara."
"Ah aku bisa maklum kali, Ndri. Emang berat nerima kenyataan yang nggak pernah kita inginkan."
Percakapan keduanya berubah menjadi hangat, kembali seperti dua sahabat yang lama tak bertemu. Tapi lebih dominan Indri yang mencecar Sara dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah membuatnya penasaran. Mulai bagaimana awalnya Sara memutuskan untuk jadi transpuan, bagaimana prosesnya merintis sebuah caf yang katanya terkenal di Surbaya ini, dan obrolan receh lainnya.
Tak terasa sudah setengah tiga dini hari. Sara memohon agar Indri berkenan untuk menginap di rumahnya. Semula Indri menolak. Tapi karena Sara mendesak, akhirnya Indri pun menyetujui saja tawaran dari Sara. Hitung-hitung istirahat sebelum besoknya dia harus menempuh perjalanan kereta yang panjang; untuk pulang.
*****