Mohon tunggu...
Aly Reza
Aly Reza Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Bisa Menulis

Asal Rembang, Jawa Tengah. Menulis sastra dan artikel ringan. Bisa disapa di Email: alyreza1601@gmail.com dan IG: @aly_reza16

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gugur Gunung Alam Raya

23 April 2020   14:46 Diperbarui: 23 April 2020   14:55 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka menjadi kontraproduktif jika hari ini kita merutuk-rutuk atas kerugian yang telah Covid-19 timbulkan. Padahal biang kerusakan terbesar sebenarnya adalah manusia sendiri.

Lebih dekat cobalah lihat fenomena udara di Jakarta. Kebijakan untuk stay at home yang sama artinya dengan pengurangan aktivitas pabrik dan transportasi berimbas pada kualitas udara Ibu Kota yang kian membaik. Hal tersebut merujuk pada data yang dirangkum pada AirVisual (situs penyedia peta polusi di kota-kota besar seluruh dunia).

Dilansir dari Kumparan, per Selasa (31/3) Jakarta menduduki urutan ke-30 kota dengan polusi udara terburuk dengan nilai air quality index (tingkat keparahan udara) berkisar di angka 78 saja. Turun jauh dari kondisi sebelumnya yang sampai menyentuh angka 155. Bahkan pernah menjadi kota dengan polusi udara terparah dengan indeks mencapai 183 pada Juli tahun lalu.

Beberapa waktu yang lalu, sekilas saya menyaksikan siaran televisi yang menunjukkan aktivitas ikan-ikan di lepas samudera yang tenang. Dari pantauan udara, beberapa kawanan lumba-lumba tertangkap sedang asik bekejar-kejaran, seolah sedang menikmati semilir angin laut yang menyejukkan. 

Begitu pula dengan paus biru yang dengan enjoy bersin dan sesekali terlentang di permukaan laut. Seandainya manusia tidak seenaknya saja membuang limbah di laut, sungguh bahagialah mereka para penghuni samudera.

Oh ya, sadar atau tidak, bahwa sepanjang pandemi ini hampir tidak ada kabar yang menyebut seekor paus mati terdampar dengan mulut penuh sampah plastik. Bandingkan dengan kasus-kasus sebelumnya. Sepanjang tahun 2019 saja sudah berapa paus yang tercatat mati karena ulah umat manusia tersebut?

Dari sini, sudahkah kita mengerti bahwa aktivitas kita ternyata bisa sedemikian merusak? Sudahkah peristiwa ini mengetuk kesadaran kita bahwa ternyata kerugian yang kita terima saat ini tidak sebanding dengan kerugian yang kita berikan kepada alam? 

Pandemi baru memborbardir kita selama tiga bulan, dan kita merasa menjadi pesakitan. Sementara hampir setiap hari kita mengeksploitir alam secara besar-besaran. Memperkosanya tanpa sudi memberinya jeda.

Senada dengan lirik lagu "Bebal" yang dilantunkan Danto Sisir Tanah: Jika bumi adalah ibu kita manusia memperkosa ibunya. Jika laut adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya. Jika hutan adalah ibu, kita manusia memperkosa ibunya. Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik. Ada tak ada manusia mestinya, pohon-pohon itu tetap tumbuh. Ada tak ada manusia mestinya, terumbu karang itu tetap utuh.

Bukan tidak mungkin jika erupsi di sejumlah gunung berapi di negeri ini tidak lain adalah ekspresi kelegaan mereka karena akhirnya bisa sejenak menghirup udara bebas. Selain Anak Krakatau, tercatat beberapa gunung lain juga menunjukkan tanda-tanda aktif, seperti Kerinci (Sumbar), Merapi (Jawa Tengah), Semeru (Jawa Timur), serta Gunung Ibu dan Dukono (Maluku Utara).

Gugur gunung alam raya, mungkin itu yang sedang alam lakukan. Merujuk pada terminologi Jawa, gugur gunung sendiri berarti gotong royong, bahu-membahu untuk sesuatu yang didambakan. Secara lebih sempit, gugur gunung sering kali diidentikkan dengan kegiatan kerja bakti di desa-desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun