Mohon tunggu...
Lyfe

Jalan ke Rumah

8 November 2015   20:20 Diperbarui: 8 November 2015   20:20 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

 

 *******************************************************************************************************

     Sorak sorai dan gemuruh tepuk tangan penonton membangunkanku. Sontak aku juga ikut bertepuk tangan walaupun aku tidak tahu apa yang sebenarnya orang-orang ini apresiasi.  “Selamat ya. Kali ini kau beruntung.” Kata Ika seraya menyalamiku. “Hah? Maksudnya?” Aku yang baru saja terbangun atau istilahnya belum selesai mengumpulkan nyawaku, kebingungan dengan keadaan yang tengah terjadi.

     Sahabatku itu mengerutkan kedua alisnya tanda tidak percaya dengan perkataanku, dan dengan nada jengkel ia berkata “Kau tidak memperhatikan?”Aku hanya bisa mengangguk menanggapi pertanyaan dari kawanku itu. “Hm… kau menang. Film buatanmu menang.” Masih kaget dengan yang berusan dibicarakan Ika aku langsung berdiri dan mengguncang bahu Ika, berkali-kali aku mananyakan kepastian ucapannya itu. Namun ia tetap bersikeras berkata bahwa itulah kenyataannya.

     Kau tidak tahu seberapa bahagianya diriku. Setelah dua puluh lima judul film berbeda yang kubuat akhirnya aku mendapat penghargaan! Untuk merayakan kemenangan ini, aku memutuskan untuk berkeliling melihat keindahan lilin di malam ini yang sebelum film dimulai tidak bisa kunikmati.

     Namun didekat gerbang keluar terlihat lelaki yang semua rambutnya dipenuhi uban, namun masih terlihat gagah dengan memakai tuxedo dan mawar putih di kantongnya. “Formal sekali kek. Sayangnya film ku sudah selesai diputar.” Sapaku kepada kakekku yang memang sengaja datang untung melihat hasil karyaku. “Tidak apa-apa kakek datang hanya ingin ikut merayakan kemenanganmu.” Katanya, diiringi dengan gestur tangannya yang khas. “Darimana kakek tahu aku menang?”.“Firasat mungkin? Hahaahaha.”

     “Kakek, kau tahu tidak? Aku teringat lagi cerita yang kau selalu ceritakan padaku sebelum tidur. Lama-lama bisa mati bosan aku teringat cerita itu terus.”

   “Tidak usah diingat juga tidak apa-apa.” Tawanya yang terdengar lantang di taman yang luas ini. Aku dan kakekku pun kembali ke rumah untuk menceritakan kemenangan ini kepada keluargaku. Namun sebelum pulang tadi aku teringat dengan lilin-lilin yang sudah kutata dengan rapi. Aku menata lilin itu sesuai dengan angka yang bagi kakek adalah angka yang telah membawa perubahan besar dalam hidupnya. Angka itu adalah ’49. Mungkin itu juga salah satu faktor kemenanganku?      

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun