Dihari-hari sebelum aku menemukan foto itu, aku selalu sengaja membuka lemari hanya untuk melihat nama kakakku yang tertulis dibalik pintu lemari pakaian lengkap dengan tanggal lahirnya. Nama dan tanggal lahirku juga tertulis disana.
Sudah beberapa hari foto itu tersimpan didalam lemariku. Entah mengapa aku belum berani menanyakan kepada Ibuku tentang foto yang kutemukan itu.
Pulang sekolah, seperti biasa aku mengganti pakaian. Bersiap untuk bermain bersama teman dan saudara-saudaraku. Kala itu aku bermain petak umpet. Namun aku selalu ketahuan ketika bersembunyi. Tak terasa hari mulai gelap. Aku langsung pulang kerumah untuk mandi dan bersiap pergi mengaji.
Masjid Al-ikhlas adalah tempat aku mengaji. Selain mendapatkan ilmu agama.Aku jadi mempunyai banyak teman. Tidak hanya teman yang satu angkatan saja, aku juga berteman dengan yang lebih tua dariku. Malahan ada salah seorang kakak yang sangat akrab denganku. Namanya adalah Kak Beni. Ia bahkan secara terang-terangan menganggapku sebagai adiknya. Saat itu Kak Beni masih duduk dibangku kelas 1 SMP.
Suatu hari, saat aku hendak menuruni tangga di Masjid dengan tidak sengaja aku menginjak ujung gaun muslimku. Aku terpeleset dan jatuh. Lututku terbentur tangga sehingga meninggalkan luka lebam. Tidak ada darah yang keluar, tapi aku merasa sakit sekali. Sebenarnya aku tidak ingin menangis, namun rasa sakit pada lututku yang tidak dapat aku tahan membuat air mataku keluar begitu saja membasahi pipiku.
Aku mencoba untuk berdiri, dan pada akhirnya aku terjatuh lagi karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhku akibat lututku yang lebam itu. Ingin sekali aku berteriak memanggil Kak Widi. Kak Widi tidak pergi mengaji kala itu, jadi hanya akan sia-sia saja aku berteriak. Tidak akan terdengar karena jarak dari Masjid ke rumah yang cukup jauh.
Entah itu kebetulan, Kak Beni datang. Ia terkejut melihatku yang duduk di bawah tangga sembari memeganggi lututku dan dan wajah yang menjadi basah akibat menangis. Kak Beni langsung menghampiriku dan menanyakan apa yang telah terjadi. Secara tiba-tiba dia menggendongku dan membawa ku pulang.
Luka dilututku tidak membuat aku menjadi pemalas. Aku tetap pergi sekolah, bermain, dan mengaji sepeti biasanya. Ketika aku sedang duduk di tangga Masjid tempat aku terjatuh. Aku teringat dengan foto kakakku yang aku simpan. Aku langsung mencari Kak Beni. Saat itu aku memberi tahu Kak Beni jika aku mempunyai Kakak laki-laki namun dia sudah pergi jauh. Siapa tahu Kakakku dan Kak Beni bisa berteman.
"Kak Beni tidak usah terus menganggapku sebagai adik Kakak. Kak Beni cari adik yang lain saja yang mau jadi adiknya Kak Beni" Ujarku sambil memainkan ujung kerudungku.
"Memangnya Putri tidak mau menjadi adiknya Kakak?" tanya Kak Beni heran.
Sambil menggelengkan kepala akupun menjawab "Tidak mau!"