Mohon tunggu...
Alya Nadila
Alya Nadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Alya Nadila atau akrab disapa Alya merupakan perempuan berdarah Aceh yang memiliki hobi berkata lewat tulisan. Perempuan kelahiran 19 tahun silam di Kota Lhokseumawe ini sedang mengenyam pendidikan di jurusan Tadris Matematika, IAIN Lhokseumawe. Selain aktif berkuliah dan tergabung di beberapa komunitas, melalui hobi menulisya ia telah melahirkan beberapa karya yang tergabung dalam buku antologi cerpen dan puisi ber-ISBN serta salah satu puisinya yang berjudul 'Netra yang Entah Kian Kembali' telah dimuat pada Unimal Magazine Edisi 10, Universitas Malikussaleh.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasa Sayang Bapak

1 Agustus 2024   14:50 Diperbarui: 1 Agustus 2024   15:12 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini tidurku tak nyenyak seperti malam sebelumnya, sesekali terbangun dan melihat jam di atas nakas sebelah kasurku. Waktu berjalan seakan cukup lama, terlebih malam ini hujan turun sangat deras. Aku menatap langit-langit kamar sambil sesekali memejamkan mata agar bisa meneruskan tidurku yang tak nyenyak itu.

Kilat petir menyambar, semburatnya lagi-lagi menembus jendela kamarku seperti waktu itu, gemuruh petir yang terus menghantam langit. Riuh sekali.

Aku sudah menarik selimutku sampai menutupi dahi, air mataku mengalir layaknya hujan yang turun dengan deras di luar rumah. Takut. Satu kata yang dapat menggambarkan kondisiku sekarang. Usiaku bukan anak kecil lagi, tapi ketakutan ku masih sama seperti saat aku masih kecil.

Suara pintu terdengar, menampilkan cahaya dari lampu ruang tengah. "Eyin," panggil seseorang dengan suara khasnya yang berat namun tetap lembut.

"Eyin takut, Pak," kataku masih dengan posisi yang tertutupi dengan selimut.

Langkah kaki Bapak menghampiriku, membuka perlahan selimut yang menutupi hampir seluruh tubuhku. "Nggak usah takut lagi. Bapak di sini."

Aku menyeka air mataku, "Suara petirnya besar, Pak."

"Iya, Nak. Eyin belum tidur dari tadi?"

"Sudah, tapi Eyin terbangun."

"Tidur lagi, ya? Bapak di sini tungguin Eyin sampai tertidur nyenyak. Nggak usah takut lagi, ya," ucap Bapak mengusap pelan kepalaku dan mulai menarik kursi meja belajarku untuk di tempati.

Ketakutanku sedikit mereda, ini karena Bapak yang menenangkanku dan menungguku sampai benar-benar tertidur. Selain menjadi kalimat yang membuatku tenang, kalimat itu juga menjadi jawaban dari pertanyaanku yang kerap kali kutanyakan pada Ibu. "Ibu, Bapak sayang Eyin tidak, ya?"  Namun, gengsinya cukup besar hingga apa yang dilakukan untukku atas dasar sayang, benar-benar terlapisi oleh rasa gengsinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun