Interaksi yang hangat penuh humor yang dilakukan orangtua dan guru kepada anak menjadi mengasyikan, menggembirakan  juga didambakan, bila dilakukan bersungguh-sungguh dengan rasa cinta dan kasih sayang. Kehadiran dan keterlibatan orangtua dan guru dalam proses belajar anak harus menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bermakna untuk semua terutama anak.
Prinsip Pengasuhan untuk Pengkondisian Lingkungan (External)
 a. Lingkungan yang amanÂ
Semua anak membutuhkan lingkungan yang aman bagi proses tumbuh kembangnya (Maswita, dkk, 2018). Untuk itu, orang tua dan guru harus memastikan lingkungan fisik anak bebas dari benda tajam dan berbahaya, berada dalam jarak yang dapat dilihat dan diawasi. Keamanan juga harus terjadi di lingkungan non f isik anak. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan belajar anak bebas dari kekerasan (verbal, emosi dan seksual).
 b. Lingkungan yang nyaman, ramah dan menyenangkan
Lingkungan yang nyaman dan ramah tercipta ketika guru atau orang tua ada ketika anak membutuhkan bantuan, dukungan atau perhatian. Saat  guru atau orang tua memberikan perhatian dan pujian bagi perilaku baik anak, akan terasa bermakna, maka anak akan melakukannya lagi. Dengan demikian perkembangan anak dapat tumbuh optimal.
 c. Lingkungan yang melibatkan (engaging)
Setiap anak harus dilibatkan dalam pengasuhan. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta pendapat, ide/ gagasan, dan cerita anak dalam banyak kesempatan. Sanders and Ralph (2001) mengatakan, pengasuhan yang melibatkan juga dapat dilakukan dengan menciptakan kesempatan yang menantang bagi anak untuk eksplorasi, menemukan dan mengembangkan gagasan dan keterampilan. Tentunya, kesempatan yang menantang tersebut disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak, serta tetap memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak.Â
Pola asuh orang tua terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1. Pola Asuh PermissifÂ
Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai pola  yang membebaskan anak untuk melakukan apa yang ingin dilakukan tanpa mempertanyakan. Pola asuh ini tidak menggunakan aturan yang  ketat, bahkan bimbingan pun kurang diberikan sehingga tidak ada pengendalian atau pengontrolan serta tuntutan kepada anak. Kebebasan diberikan penuh dan anak diizinkan untuk memberi putusan untuk dirinya sendiri. Anak berperilaku sesuai dengan keinginannya tanpa adanya kontrol dari orang tuaÂ