- Personifikasi, yaitu penyamaan benda mati atau abstrak dengan manusia, seperti bunga yang berjuang, berusaha, berharap, bersungguh-sungguh, menjadi saksi, menjadi korban, menjadi pemberontak, dan menjadi pejuang. Personifikasi ini digunakan untuk memberikan karakter dan sikap pada bunga yang tumbuh di sela-sela tembok, serta untuk menunjukkan adanya perlawanan dan protes terhadap dominasi tembok yang mengancam hak-hak dasarnya.
- Hiperbola, yaitu pengadaan atau pengurangan sesuatu secara berlebihan, seperti tembok yang menjulang tinggi, menjaga ketat, menjebak erat, menyembunyikan kebusukan, menyedot kekuatan, menghalangi pandangan, menghambat pergerakan, mengancam keselamatan, dan membunuh kebebasan. Hiperbola ini digunakan untuk mengekspresikan kekuatan dan kekejaman tembok yang menindas bunga dan manusia, serta untuk menimbulkan rasa takut dan marah pada pembaca.
- Alegori, yaitu cerita yang memiliki makna simbolis atau tersirat, seperti puisi Bunga dan Tembok yang merupakan alegori tentang konflik antara alam dan manusia, khususnya antara rakyat dan penguasa pada masa Orde Baru. Alegori ini digunakan untuk menyampaikan pesan kritis dan moral kepada pembaca, serta untuk menyindir dan mengkritik keadaan sosial dan politik yang tidak adil dan tidak manusiawi.
Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penulis dalam sebuah puisi. Diksi dapat menentukan gaya, nada, dan suasana puisi. Puisi Bunga dan Tembok menggunakan diksi yang sederhana, lugas, dan tegas, tetapi juga memiliki makna yang dalam dan kuat. Puisi ini menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan alam, seperti bunga, warna, harum, keindahan, kehidupan, matahari, dan sinar. Puisi ini juga menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan manusia, seperti tembok, ruang, waktu, kebusukan, kekuatan, pandangan, pergerakan, keselamatan, kebebasan, saksi, korban, pemberontak, pejuang, kekuasaan, ketidakadilan, penindasan, dan kemanusiaan. Diksi ini menunjukkan adanya kontras dan konflik antara alam dan manusia, khususnya antara bunga dan tembok, dalam puisi.
Imaji
Imaji adalah gambaran indrawi yang ditimbulkan oleh kata-kata dalam sebuah puisi. Imaji dapat menimbulkan efek visual, auditif, olfaktori, gustatori, taktil, atau kinestetik pada pembaca. Puisi Bunga dan Tembok menggunakan imaji yang kaya dan beragam, seperti:
- Imaji visual, yaitu imaji yang menimbulkan gambaran visual atau penglihatan, seperti bunga yang tumbuh di sela-sela tembok, warna-warni, keindahan, tembok yang menjulang tinggi, kebusukan, pandangan mata, dan benteng kekuasaan. Imaji visual ini digunakan untuk menggambarkan suasana dan situasi dalam puisi, serta untuk menarik perhatian dan simpati pembaca.
- Imaji olfaktori, yaitu imaji yang menimbulkan gambaran olfaktori atau penciuman, seperti harum-harum. Imaji olfaktori ini digunakan untuk menunjukkan kualitas dan karakter bunga yang menyenangkan dan menarik, serta untuk membedakannya dengan tembok yang menyembunyikan kebusukan.
- Imaji taktil, yaitu imaji yang menimbulkan gambaran taktil atau perabaan, seperti kerasnya batu, tebalnya dinding, ketat, erat, dan halangi. Imaji taktil ini digunakan untuk menunjukkan rintangan dan kesulitan yang dihadapi oleh bunga dan manusia dalam berjuang melawan tembok, serta untuk menimbulkan rasa sakit dan ketegangan pada pembaca.
- Imaji kinestetik, yaitu imaji yang menimbulkan gambaran kinestetik atau gerak, seperti menyembulkan, menyemburkan, menyebarkan, menyemarakkan, menjaga, menjebak, menyembunyikan, menyedot, menembus, mendapatkan, bersungguh-sungguh, menghambat, mengancam, membunuh, menjadi, dan menjadi. Imaji kinestetik ini digunakan untuk menunjukkan aksi dan dinamika yang terjadi antara bunga dan tembok dalam puisi, serta untuk menimbulkan rasa hidup dan bersemangat pada pembaca.