Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas (Bab 10)

5 Juni 2019   06:06 Diperbarui: 5 Juni 2019   07:53 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di malam yang sesunyi ini, Ari berjalan di atas trotoar jalanan Artapuri. Langkah kakinya terkesan cepat. Wajah Ari masih terlihat marah dan kecewa. Ia masih merasakan tamparan Rita membekas di wajahnya.

Saat ini pikiran Ari sungguh ruwet seperti benang kusut. Pertama, ia bertengkar dengan Melani. Kedua, ia juga bertengkar dengan Rita. Hari ini benar-benar hari yang buruk bagi Ari.

Ia kesal pada Melani karena telah melukai perasaannya. Ari tak mengerti mengapa Melani melakukan hal itu. Apakah ia kesal pada warga Artapuri yang menperlakukan ayahnya secara tidak layak sehingga melampiaskan semuanya pada Ari? Kalau benar begitu, itu sangat tidak adil. Ari bukan bagian dari kota ini, meski ia memang tinggal di sini.

Lalu Rita, mengapa ia tiba-tiba memarahinya? Tak tahukah ia kalau Ari habis bertengkar dengan Melani? Mengapa ia mendiskreditkan ras Melani seperti apa yang dilakukan oleh orang Artapuri kebanyakan. Ari tak suka itu. Rita bukannya menjaga Ari, namun ia justru terus melukai perasaannya.

Malam ini, jelas Ari tak ingin tidur di rumah. Ia terus berjalan. Di ujung jalan, ia melihat sebuah papan reklame berlampu neon merah dan biru. Tempat itulah satu-satunya tempat yang akan Ari tuju.

Royale Bar.

Ari semakin mempercepat langkahnya. Setibanya ia di depan pintu bar, Ari langsung membukanya. Ia melihat keadaan bar tak seramai biasanya. Di meja bartender, Ari melihat Yandi sedang membersihkan sebuah gelas minuman.

Tangis Ari langsung pecah. Yandi hanya memandangi Ari yang menangis sambil masih terus berdiri di ambang pintu. Ia merasa kasihan pada anak muda itu.

---

Tomas melangkah masuk ke ruang makan. Di sana, ia melihat Rita tengah bersedih. Ia duduk lemas di atas kursi meja makan. Dirinya berpangku tangan. Tatapan matanya kosong.

Dalam hati, Tomas mengerti apa yang kini tengah dirasakan Rita. Ia pasti sedih dan marah kepada dirinya sendiri. Ia tak dapat mengontrol emosinya sehingga menyebabkan Ari pergi. Memang, tidak seharusnya Rita melakukan hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun