"Rita..." Tomas berusaha menenangkan istrinya.
Ari tak menggubris pertanyaan Rita. Ia terus berjalan sambil menunduk masuk ke dalam rumah. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Hei! Kamu tuli? Dari mana saja kamu? Kamu tidak bisa seenaknya keluar masuk rumah sesuka hatimu!" pekik Rita sambil terus membuntuti Ari masuk ke dalam rumah. Di belakangnya, Tomas terus berusaha membuat Rita tidak emosi.
"Bukan urusanmu." jawab Ari singkat.
"Bukan urusanku?! Lalu kau sekarang tinggal di rumah siapa? Tentu itu urusanku! Kalau kau tidak bisa diatur, jangan tinggal di rumahku!!" kata Rita dengan nada tinggi. Urat-urat di lehernya sampai terlihat.
Ari berhenti berjalan. Ia berbalik menatap Rita. "Ya sudah. Berikan saja uang asuransi ayah dan ibu padaku. Itu semua milikku. Maka aku dengan senang hati pergi dari tempat ini."
Rita terdiam. Ia tak dapat membalas perkataan Ari. Jujur, uang itu adalah kelemahan Rita. Ia tahu, ia tak dapat hidup tanpa uang dari Linda. Semua pengeluarannya sangat besar. Gaji Tomas dan dirinya takkan cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Tak mendengar adanya bantahan yang keluar dari mulut Rita, Ari memutar bola matanya. Ia langsung menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamarnya. Terdengar dari bawah pintu kamar Ari terbanting dengan keras.
Rita masih terpaku di atas lantai. Ia sungguh kehabisan kata-kata. Ari berhasil membungkam mulutnya erat. Tomas mendekati Rita. Ia memeluk tubuh Rita dari belakang. Dengan tatapan yang masih kosong, Rita membelai halus tangan suaminya.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H