"Tapi... Seharusnya ia berada di sini."
Ari menghela nafas. "Baiklah, tugasku untuk membantumu telah selesai. Kau telah menemukan alamat yang kau cari."
Dahi Melani mengernyit. "Tidak bisa begitu. Kau harus menolongku menemukannya."
"Sejak kapan kau menggunakan kata harus? Itu bukan kewajibanku. Tugasku hanya mengantarmu kemari."
Setelah berkata demikian, Ari berbalik lalu berjalan menjauhi Melani. Melani nampak panik. Ia bingung. Seharusnya ayahnya tinggal di sini namun... Melani pun segera menyusul Ari. "Kumohon, bantulah aku menemukannya!"
"Cari saja orang lain. Aku tak bisa membantumu."
"Tolong... Aku tak tahu apa yang sedang terjadi di sini. Aku sudah jauh-jauh datang dari Semarang hanya untuk menemukan papaku." Melani menahan tangan Ari.
Ari berhenti berjalan. "Dengar ya. Kau minta aku untuk mengantarkanmu kemari, aku telah turuti maumu. Aku sudah berbaik hati padamu! Jangan kau jadi bersikap seenaknya."
Volume suara Ari membesar. Beberapa orang yang berjalan di sekitarnya mulai memperhatikan percakapan Ari dan Melani. Menyadari hal itu, Ari segera menutup wajahnya dengan tudung jaketnya.
"Tapi...."
"Tolong." Ari melirik sekelilingnya kembali. Ia benar-benar tak ingin orang mengenalinya. "Pulanglah saja. Tak ada gunanya kau ada di kota ini. Artapuri tidak menerimamu di sini."