"Tak apa... Aku sungguh berterima kasih kau telah membantuku." kata Melani sambil menepuk pundak Ari.
Seketika Ari berhenti berjalan. Ia melirik ke arah tangan Melani yang bertengger di bahunya. Ari melihat Melani masih tersenyum, seolah ia tak melakukan apa-apa. Ari pun segera menyingkirkan tangan Melani dari pundaknya. Tanpa berkata sepatah kata pun Ari kembali berjalan meninggalkan Melani.
Melani masih berdiri di atas trotoar. Ia memperhatikan Ari yang berjalan menjauh darinya dari belakang. Terlihat sinar matahari senja yang mulai tenggelam menyinari tubuhnya.
Melani merasa iba pada Ari. Dari tatapan matanya, Melani dapat merasakan bahwa Ari memiliki masalah pelik dalam hidupnya. Ia terlihat sangat kesepian dan menyedihkan.
---
Matahari telah tenggelam di ufuk barat. Langit seketika berubah menjadi gelap. Malam hari pun tiba.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 7. Jarum detiknya terus berputar. Suaranya menggema hingga ke ruang makan.
Di atas kursi meja makan, Rita duduk sambil memandangi makanan yang telah dimasaknya. Di hadapannya, Tomas duduk sambil terus berbicara mengenai apa yang telah ia lalui hari ini. Namun Rita sama sekali tak menanggapi suaminya itu.
"Aku sungguh bahagia sekali hari ini. Pak Bambang menawarkanku untuk kenaikan pangkat. Seminggu lagi aku akan melakukan presentasi-"
Rita masih memandangi kursi Ari masih kosong. Ia belum pulang. Padahal sebelumnya mereka telah sepakat bahwa Ari boleh pergi ke Royale Bar, namun Rita tetap saja khawatir. Ia benar-benar tak ingin Ari mabuk lagi. Sudah cukup Rita menjemputnya dalam keadaan teler. Rita tak mau lagi.
"Hei, Rita? Bagaimana denganmu? Persiapan untuk acara Linda dan Herman? Sampai dimana progresnya?" tanya Tomas.