Mohon tunggu...
AL Wijaya
AL Wijaya Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis "Target Pertama", "As You Know", "Kembali ke Awal"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Batas (Bab 2)

4 Juni 2019   17:59 Diperbarui: 4 Juni 2019   18:03 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Nah begitu!" Yandi menepuk pundak Ari. "Kau masih muda. Umur 20 pun belum. Kau harus menemukan passion dalam dirimu dan hiduplah dengannya."

Ari mengangguk. Ia melirik piano yang terletak di sudut ruangan Royale. Sejenak Ari memiliki ide. Ia berbalik menghadap Yandi.

"Aku rasa aku telah menemukan passionku." kata Ari sambil memberi kode pada Yandi mengenai pianonya.

Yandi tersenyum. "Maka lakukanlah..."

Atas izin Yandi, Ari berjalan menuju piano tersebut. Ia duduk di depan benda itu. Matanya memperhatikan setiap jengkal tuts berwarna hitam dan putih yang berbaris rapi dari ujung ke ujung. Ari pun meregangkan jemarinya dan mulai memosisikan nya di atas tuts-tuts tadi.

Satu per satu kunci Ari mainkan. Ia merangkai nada-nada yang dihasilkan menjadi sebuah instrumental musik yang utuh. Nocturne op 9 no. 2 karya Chopin. Sebuah musik klasik yang memiliki emosi dan jiwa di dalamnya.

Ari melirik ke arah Yandi di meja bartender sekejap. Yandi mengangguk tanda mendukung Ari. Ari tersenyum. Dari semua orang yang ia kenal, memang Yandi yang paling enak untuk diajak bercerita. Ia merupakan sosok ayah pengganti bagi Ari. Tak hanya baik namun Yandi juga bijaksana. Itulah mengapa Ari sangat menghormati Yandi.

Ari kembali fokus memainkan piano. Ia berusaha menyatu dengan musik yang ia mainkan. Tangannya dengan lincah menari di atas tuts. Mata Ari terpejam. Ia larut dalam musik yang indah ini.

Dalam sekejap, terlintas dalam ingatan Ari. Ia tengah bermain piano bersama ibunya. Bayangan-bayangan itu terlihat hanya sepotong-sepotong namun Ari berusaha merangkainya menjadi gambar yang utuh.

Memang benar Linda yang mengajari Ari bermain piano. Dalam waktu senggang, Linda selalu mengajak Ari untuk memainkan musik-musik klasik seperti ini. Chopin, Mozart, Beethoven, semua musik mereka Ari hafal di luar kepala.

Selain itu, tak dapat dipungkiri pula bahwa bermain piano adalah salah satu cara Ari untuk tetap terhubung dengan keluarganya. Ia dapat merasakan ibunya dengan sabar mengajari bermain piano. Sentuhan tangannya, tutur katanya, semua dapat Ari dengar lewat musik yang ia mainkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun