"Selamat pagi, Ari. Bagaimana malammu?" tanya Yandi.
"Apakah kau menelpon tanteku kemarin malam?" Ari malah bertanya hal lain.
Yandi mengangkat kedua bahunya. "Kau mabuk. Kepada siapa aku harus menelpon?"
Ari duduk di kursi meja bartender. Ia menggeleng. Yandi melihat ekspresi wajah Ari yang nampak tak pasti.
"Apa ia marah?" tanya Yandi lagi.
"Menurutmu?" Ari balik bertanya.
Yandi paham. Rita pasti memaki Ari habis-habisan. Mereka pasti baru saja bertengkar hebat. "Kau tahu Ari, sewaktu aku seusiamu, aku sudah mulai bekerja di bar." kata Yandi sambil membersihkan alat pembuat minuman.
Mata Ari melirik Yandi, mengira-ngira apa yang akan Yandi ceritakan. "Jadi bartender?"
"Tentu. Aku belajar bagaimana meracik minuman dari seseorang yang berjasa bagi hidupku."
"Apa orang tuamu tahu?"
"Tentu. Mereka marah besar padaku. Bahkan mereka sempat mengusirku dari rumah dan mengatakan padaku bahwa aku ini anak yang sangat bandel." kata Yandi. "Tapi kau tahu, hidupku berada di dunia ini. Aku tak bisa lepas dari itu."