Sudah menjadi tugas sehari-hari Ari untuk membersihkan rumah saat Rita dan Tomas pergi. Setelah lulus sekolah hampir 3 tahun yang lalu, Ari masih belum melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Seperti yang diketahui semua orang. Ia lebih memilih menjadi pianis di Royale Bar.
Tentu hal itu yang membuat Rita pusing. Padahal Rita ingin menguliahkan Ari di jurusan kedokteran agar kelak ia dapat menjadi dokter ahli seperti ayah dan ibunya. Namun Ari menolak dengan berbagai alasan.
Jadilah Ari seperti sekarang ini. Belum menentukan jalan hidupnya. Pekerjaannya sekarang adalah menjadi pianis amatir sambil mabuk-mabukan di malam hari.
Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Ari kembali duduk di sofa ruang tamu seperti biasanya. Ia menyalakan televisi dengan volume yang besar. Namun sudah barang tentu Ari tidak menontonnya. Ia hanya ingin mendengar suara lain agar dirinya tidak merasa kesepian.
Mata Ari menatap kosong ke arah layar televisi. Pikirannya melayang-melayang. Ia mulai mempertanyakan hidupnya sendiri. Apa yang salah dengan dirinya? Mengapa hidupnya seperti ada yang hilang?
Ari pun mengambil keputusan tegas. Ia segera meraih remote TV lalu mematikannya.
---
Ari berjalan di atas trotoar. Ia sudah memutuskan. Hari ini ia akan pergi ke Royale Bar. Ari benar-benar tak tahan bila terus berada di rumah seorang diri. Ia perlu teman untuk mengobrol. Dan Yandi adalah orang yang tepat bagi Ari.
Beruntung jarak antara rumahnya dengan Royale Bar tak terlalu jauh. Kota Artapuri bukanlah kota yang besar. Ia bisa dijelajahi dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, selain alasan ia tak memiliki kendaraan pribadi, Ari cukup senang berjalan kaki kemana pun ia pergi.
Tak sampai 15 menit ia berjalan, Ari sudah tiba di Royale Bar. Ia pun segera masuk ke dalam bar. Keadaannya belum terlalu ramai. Hanya ada satu dua pengunjung saja.
Di meja bartender, Yandi terlihat sedang membersihkan mejanya. Ari pun mendatangi Yandi. Meilhat Ari datang, Yandi menyapa Ari.