Para aktor yang memainkan karakter di dalam film melakukan kerja yang bagus dengan memberikan akting semi alami dengan dialek bahasa Bali yang cukup akurat.Â
Musik scoring dalam film ini adalah highlight yang besar karena tidak hanya sebagai iringan dari sebuah cerita, lagu tersebut seakan-akan menghidupkan nuansa Bali dengan instrumen Gamelan yang dibunyikan secara berirama.Â
Terdapat suatu adegan saat puncak konflik terjadi antara tokoh Luh Sri dan Agung, musik disini berperan sangat besar dalam menaikkan tensi cerita hingga mencapai resolusi.Â
Mungkin bisa diperbaiki sedikit dengan mengcocokkan frame shot antara tokoh Agung dengan Luh Sri menari di tempat berbeda, jadi tidak hanya menangkap nuansa horrornya saja tetapi menampilkan nilai budaya Bali yang brilian. Secara keseluruhan sinematografi yang diterapkan dalam film ini sudah baik hanya saja memerlukan teknik editing yang cocok agar lebih mengena.
Secara garis besar, Rwa Bhineda dapat disebut sebagai tembusan baru karya mahasiswa Indonesia yang berpotensi untuk memberikan pengetahuan sedikit mengenai adat dan budaya Bali melalui narasi fiktif yang dibangun. Meskipun dibatasi oleh geografi sebagai setting film tersebut, cerita yang dibangun berhasil dikomunikasikan secara baik yang didukung oleh musik, tata artistik, dan tokoh yang hadir di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H