Bulan ramadhan menjadi ajang penggemblengan batin dan fisik. Bulan ramadhan adalah bulan pertapaan umat Islam agar mampu menjadi insan yang lebih beriman dan bertaqwa.Â
Usai menjalani masa penggemblengan, saatnya menyambut hari kemenangan Yaang jatih pada tanggal 1 Syawal. Hari ini bertepatan dengan 1 Syawal 1442 Hijriyah.Â
Kemenangan ini dirayakan dengan melakukan sholat Idul Fitri di masjid atau di lapangan. Perayaan tahun ini masih dalam suasana. pandemi Covid 19, sehingga dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.Â
Saya dan keluarga melaksanakan sholat Ied di masjid idaman kampung yaitu masjid An-ni'mah. Alhamdulillah, meski tak ada warga pemudik, tetapi suasana sholat Ied sangat khidmat dan jamaah meluber memenuhi halaman masjid (efek penerapan jaga jarak).
Seusai sholat Idul Fitri dilanjutkan dengan kutbah oleh Khotib. Dalam kutbah tersebut Khotib menyampaikan bahwa umat Islam baru saja menyelesaikan peperangan melawan hawa nafsu. Siapakah yang menang, mereka adalah orang yang dalam ibadahnya terdapat peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya.
Setelah kemenangan diraih lantas apa yang harus dilakukan? Tentu menjaga kualitas dan kuantitas ibadah demi menjaga hubungan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala. Kemenangan adalah sesuatu yang sangat didamba oleh seluruh umat Islam yang bertaqwa, berupa pengampunan dosa.
Allah mengampuni dosa umat Islam yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh ketaqwaan dan sungguh-sungguh. Orang ini bagaikan bayi yang terlahir kembali, kemabali suci tanpa dosa.
Lalu bagaimana dosa aatau kesalahan terhadap sesama manusia? Akankah terampuni pula?
Kesalahan terhadap sesama manusia tentu harus diikrarkan dengan sesaama manusia juga. Hubungan dengan manusia harus dituntaskan dengan manusia.Â
Indonesia, adalah negeri yang jumlah umat Islam ya terbesar di dunia. Beraagam.cara dilakukan untuk melebur kesalahan terhadap sesama manusia antara lain adanya tradisi syawalan.
Di kampung saya tradisi ini pun sudah berlangsung cukup lama. Dulu sebelum ada tradisi syawalan, kami berkeliling ke rumah-rumah tetangga untuk bersilaturahmi dan meminta maaf. Istilah Jogjanya ujung.Â