Mohon tunggu...
Alviyatun
Alviyatun Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium Medik) di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Merencanakan Buah Hati hingga Persiapan Melahirkan

17 Maret 2021   00:06 Diperbarui: 22 Maret 2021   21:02 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Persiapan sebelum hamil

Setiap pasangan menikah, tentu mengharapkan bertambahnya anggota keluarga baru dari pernikahannya. Bukan anggota keluarga dari kedua pihak suami atau istri, yang dimaksud di sini adalah lahirnya sosok dedek bayi atau anak dari perkawinannya. Ini adalah hal yang sangat dinanti oleh hampir seluruh pasangan menikah (menikah normal).

Maaf di sini saya menyebut kalimat menikah normal dalam artian pernikahan kebanyakan antara lelaki dan perempuan yang didasari atas niat baik kedua pihak, untuk membangun rumah tangga yang hakiki dan terutama lagi bagi seorang muslim menikah adalah menyempurnakan separuh agamanya (mengutip dari jawaban saudara Ahmad Syahrin Thoriq dalam link).

Pernikahan juga semestinya dilandasi rasa cinta dan sayang, walau dalam beberapa kasus rasa tersebut muncul setelah menikah. 

Perpaduan rasa tersebut yang akhirnya menyusun kekuatan untuk bersama-sama membangun bahtera rumah tangga yang sempurna. Meskipun tak bisa dipungkiri beberapa pernikahan mengalami dan menjalani masa ketidaksempurnaan untuk beberapa waktu lamanya. Kondisi ini tentu cukup menyita waktu, pikiran dan tenaga dan pula materi. Sehingga perlu disiapkan betul-betul jiwa dan raga dalam mengarungi bahtera rumah tangga yang seperti ini.

Setelah beberapa bulan bersama, tentu ada beberapa komitmen yang disepakati dan direncanakan termasuk bagaimana jika sang istri mengandung buah hati. 

Bagi pasangan dewasa yang memantapkan diri memasuki jenjang pernikahan hal ini tentu menjadi prioritas utama. Tetapi beberapa pasangan terutama pasangan muda usia, yang mungkin mengalami pernikahan yang dipaksakan untuk merencanakan persiapan kehamilan mungkin tidak terpikirkan alias belum siap. Lalu harus bagaimana?

Menikah di usia muda
Saya sendiri termasuk menikah di usia yang sangat muda, tetapi pernikahan kami bukan pernikahan yang dipaksakan. 

Pernikahan yang memang direncanakan dan didasari niat baik untuk membangun rumah tangga sakinah mawadah warahmah. Kami berencana untuk tidak menunda kehamilan meskipun usia saya waktu itu masih 19 tahun. Tetapi saat memasuki bulan kedua hingga kelima, kehamilan yang diharapkan tak kunjung hadir. 

Saya mulai resah, ada apa dengan diri saya, apakah organ reproduksi saya sehat ataukah suami yang bermasalah. Kami pun merencanakan untuk segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan. Namun saat berkonsultasi dengan dokter tersebut, beliau menyarankan ditunggu sampai setahun dulu. Kata dokter tersebut sambil senyum-senyum seakan tahu keresahan saya.

Saya pun sedikit lega dengan penjelasan dokter. Suami pun sepakat untuk menunggu sampai setahun pernikahan. 

Oya, selama menunggu kehamilan, ada teman yang menyarankan untuk mengkonsumsi tauge setiap hari. Saya pun melakukannya, meski tidak setiap hari karena ada bosannya juga.

Dan ternyata Allah menghendaki kehamilan saya di bulan ke enam usia pernikahan kami. Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat-Mu ya Allah, Engkau telah menjawab keresahan kami.

Suka duka kehamilan pertama
Kehamilan pertama yang dinanti-nanti saya jalani dengan suka dan duka. Sukanya adalah saya dan suami diberi anugerah oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk memikul amanat yang luar biasa. 

Anak bagi kami adalah amanah oleh karenanya harus dipersiapkan dan dijaga dengan sebaik-baiknya.

Bulan pertama kehamilan sampai bulan keempat saya mengalami muntah-muntah yang sering, terutama pada pagi hari setelah bangun tidur. 

Saat menjelang malam pun kembali mengalami mual dan muntah. Nafsu makan saya menurun karena untuk membau makanan saja tidak enak sama sekali. 

Saat ibu mengoseng bumbu untuk sayur, baunya sangat aneh dan membikin perut serasa diaduk-aduk untuk muntah. Bahkan pewangi pakaian yang setiap hari dipakai untuk membuat pakaian wangi, baunya tiba-tiba tidak bersahabat dengan hidung saya. Demikian pula bau asap motor. 

Betul-betul menguras tenaga dan isi perut yang sudah kosong karena tak terisi makanan. Akhirnya yang keluar pun cairan lambung yang berwarna kecoklatan dan pahit rasanya. Beruntung suami dan keluarga sangat pengertian (saya masih tinggal dengan bapak dan ibu waktu itu).

Di sisi lain saya harus menunaikan tugas saya sebagai tenaga honorer di Rumah Sakit Umum Pusat dr.Sardjito (RSUP dr Sardjito), di instalasi laboratorium yang bergumul dengan sampel darah yang baunya semakin amis saat saya hamil. Hal yang tidak dapat dihindari dan harus dihadapi.

Obat-obatan yang diberikan dokter seperti tidak berefek sama sekali, hanya bereaksi sejenak, nanti kambuh lagi. Saat kondisi tubuh agak enak, saya paksakan untuk makan sebisanya apa yang diingini. 

Nah, saat lagi pingin sesuatu ini juga cukup merepotkan suami. Karena saat itu saya pingin banget makan jambu merah yang memang jarang di jual di sekitar tempat tinggal. 

Suami tak lelah mencari, sampai ditemukanlah jambu merah di daerah sekitar Monumen Jogja kembali kabupaten Sleman. Sementara tempat tinggal saya di ujung selatan kabupaten Bantul. Saya pun makan jambu sepuasnya. Namanya orang ngidam, harus dituruti lo ya...(itu kata orangtua dulu)...hehe...

Saat istri ngidam ini, suami harus betul-betul pengertian dan punya stok sabar yang banyak. Karena kalau tidak keturutan, rasanya nyesek di dada. 

Seakan-akan suami tidak peduli (ini perasaan saya waktu itu), padahal karena memang yang dicari tidak ketemu. Kasihan juga sih sama suami, tapi bagaimana lagi, pinginnya debay seperti itu.

Persiapan melahirkan
Kondisi muntah dan badan lemes sering pusing ini  berlangsung  kurang lebih selama empat bulan. Alhamdulillah, memasuki bulan kelima, badan terasa mulai segar dan nyaman. Nafsu makan mulai muncul dan makanan terasa enak seperti saat sebelum hamil.

Kesempatan ini saya pergunakan sebaik-baiknya dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, untuk mengganti nutrisi yang selama empat bulan terabaikan karena hyperemesis. 

Hyperemesis ini adalah mual dan muntah secara berlebihan, yang terjadi pada kehamilan trimester pertama. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, kemungkinan karena tingginya kadar hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) dalam darah. 

Dilansir dari alodokter.com, hormon hCG saya waktu itu terdeteksi positif pada saat dua hari telat menstruasi. Hormon ini  dapat terdeteksi melalui urin pada saat melalukan tes kehamilan. 

Kebetulan tes saya lakukan sendiri, semakin bertambah usia kehamilan hormon ini semakin menurun. Terbukti dengan nafsu makan saya pada bulan kelima membaik.

Sebenarnya nutrisi harus tetap dikonsumsi meski kondisi badan menolak, harus dipaksakan makan dan minum bergizi. Karena pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu. Apalagi saat trimester pertama adalah masa-masa kritis pembentukan organ-organ vital tubuh janin. Jika nutrisi tidak tercukupi, dikhawatirkan berpengaruh pada perkembangan pertumbuhan janin.

Seorang ibu harus semangat memberikan yang terbaik untuk calon debaynya. Dan seorang ayah/suami harus mensuport isteri untuk selalu menjaga kondisi ibu dan janinnya. Agar kelak terlahir calon generasi penerus yang handal dan berkualitas baik secara fisik, ilmu, akal maupun akhlaknya.

Selain itu yang tak kalah penting adalah kondisi psikis seorang isteri yang sedang hamil, apalagi hamil anak pertama, sangat berpengaruh pada kondisi kejiwaan janin. Walaupun masih dalam kandungan, tetapi ia dapat merasakan bagaimana perasaan si ibu. Oleh karena itu, kondisi psikis ibu hamil benar-benar harus dijaga baik oleh suami terlebih oleh si ibu sendiri dan juga keluarga.

Setiap pasangan tentu menginginkan anak keturunan yang berkualitas baik fisik maupun mentalnya. Meskipun kita tidak dapat memungkiri, terkadang Allah menghendaki hal yang tidak kita inginkan. Tetapi sebagai manusia kita wajib berikhtiar sepanjang kemampuan kita, dan menyiapkan diri untuk sesuatu hal buruk yang mungkin terjadi.

Setelah kehamilan memasuki trimester kedua dan ketiga, kondisi ibu semakin lemah. Tetapi saya tetap harus segar dan menjaga kondisi tetap sehat demi kelancaran masa persalinan. Oleh karenanya saya dengan suport suami, rutin mengikuti program senam bagi ibu hamil di RSUP dr. Sardjito seminggu dua kali. Senam dilakukan kurang lebih 30 menit bersama pasien bumil yang lain.

Biasanya sebelum senam dilakukan pemeriksaan rutin kehamilan oleh dokter. Pemeriksaan kehamilan pada trimester ketiga dilakukan minimal dua minggu sekali.

Dikutip dari dokter sehat.com, senam ini dilakukan untuk :

1.Mengurangi resiko komplikasi kehamilan
2.Melancarkan proses persalinan
3.Menambah produksi energi bumil
4.Menurunkan tekanan darah tinggi
5.Menigkatkan kualitas tidur
6.Mempersiapkan otot-otot panggul

Pada saat pemeriksaan rutin, bidan juga memberikan edukasi cara mempersiapkan air susu ibu (ASI) sejak usia kehamilan 7 bulan. Sehingga pada saat debay lahir, produksi ASI siap diberikan.

Selain melakukan pemeriksaan rutin, senam, menjaga kondisi tubuh, meminum vitamin dan mengkonssumsi makanan bergizi, tak lupa saya dan suami selalu memanjatkan doa di setiap sholat kami, memperbanyak sholat tahajud, dan suami berikhtiar puasa sunah senin dan kamis selama saya hamil. Memohon kelancaran persalinan dan kesehatan ibu dan bayinya.

Setelah melewati waktu sembilan bulan lebih lima hari, waktu yang yang ditunggu-tunggu pun tiba. Kelahiran anak pertama diberikan kelancaran meskipun harus merasakan sakit selama beberapa jam lamanya dan Kesehatan, anak lahir normal tak kurang suatu apa.

Merencanakan kehamilan berikutnya

Setelah anak pertama lahir, bukannya saya kapok karena melahirkan yang ternyata sakitnya luar biasa, seribu rasa jadi satu istilahnya. Saya dan suami merencanakan punya anak lagi. Lima tahun kemudian lahirlah anak kedua. Walaupun proses kehamilan anak kedua kami sedikit ada masalah, saya beberapa mengalami pendarahan tetapi tidak banyak, karena kondisi yang memaksa harus bekerja jarak jauh, tidak di RSUP dr.Sardjito lagi tapi di Puskesmas Patuk II Gunungkidul. Jarak tempuhnya 52 km dari rumah.  

Hal serupa pun terjadi, saya mengalami mual muntah lagi dan lebih hebat, tetapi Allah masih memberikan kekuatan sehingga masih bisa melakukan aktifitas. Saat dalam angkutan umum tak lupa saya selalu membawa kulit jeruk mandarin yang baunya wangi, untuk menangkal bau asap bus dan bau tidak enak selama perjalanan.

Demikian juga anak ketiga lahir lima tahun kemudian setelah anak kedua. Alhamdulillah semua lahir dengan selamat dan dilancarkan.

Kesimpulan

Merencanakan kehamilan adalah hal yang penting, karena berimbas pada kondisi ekonomi keluarga. Bertambahnya keluarga bertambah pula beban yang harus ditanggung. Belum lagi jika terjadi kondisi tidak diinginkan saat kehamilan dan melahirkan, yang kemudian membutuhkan dana yang cukup banyak.

Pendidikan anak yang harus pula diperhatikan agar mendapat pendidikan yang setidaknya layak dan kalau bisa baik dan berkualitas.  Hal ini harus dipersiapkan sebaik-baiknya agar masa depan anak cemerlang.

Mengawasi dan membimbing  satu anak tentu berbeda dengan mengawasi dan membimbing banyak anak. Sebagai orangtua yang baik, hal ini tidak boleh terabaikan. Karena peran orangtua dalam hal ini tidak tergantikan.

Semoga bermanfaat.

Kota geplak, Bantul, 16 Maret 2021

Salam hangat

Alviyatun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun