Mohon tunggu...
Alvira Nur Fitri
Alvira Nur Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Nama saya adalah Alvira Nur Fitri, biasa dipanggil Alvi. Saya anak pertama dari 2 bersaudara. Saya adalah tipe orang yang receh, humoris, ramah, dan sangat menyayangi keluarga. Hobi saya membaca dan menonton. Saya suka sekali dengan dunia "sport" karena dikenalkan oleh ayah saya sejak masih kecil. Terkhusus badminton, sepak bola, dan MotoGP.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinergi Merajut Toleransi

29 September 2022   20:40 Diperbarui: 29 September 2022   20:47 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan. Banyak orang mengagumi Indonesia karena masyarakatnya dapat bersatu dengan segenap perbedaan yang ada antara satu dengan yang lainnya. 

Salah satu perbedaan yang ada di negeri ini adalah perbedaan agama. Dalam praktiknya, ada sejumlah 6 agama yang diakui di Indoneia yakni agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. 

Keenam agama yang diakui ini menjadi suatu representasi dari kebebasan memeluk agama sebagaimana yang telah tertuang dalam amanat UUD 1945. Perbedaan agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia tidak menjadikan mereka terpecah belah, meski tidak dapat dipungkiri bahwa pernah terjadi persoalan antar umat beragama karena kurangnya toleransi.

Berbicara mengenai toleransi, kata toleransi merupakan kata yang lahir dari Bahasa Latin yakni "tolerare" dengan artian yakni sabar akan sesuatu. Toleransi diartikan sebagai sikap yang bisa mematuhi aturan dimana seseorang itu bisa menghargai serta menghormati orang lain maupun perilakunya. 

Toleransi sebagai istilah jika dibawa pada konteks agama bisa berarti bahwa kelompok agama yang dianut mayoritas masyarakat menghargai serta memberikan tempat untuk kaum agama yang dianut secara minoritas. 

Kendati demikian, mengenai toleransi ini dalam praktiknya tak jarang menemukan kontroversi maupun berbagai persoalannya. Istilah dari toleransi sampai saat ini masih sering diperdebatkan sebagai suatu kontroversi serta sering mendapatkan kritik dari banyak kalangan, baik dari segi prinsip akan toleransi yang dilakukan oleh kaum liberal ataupun konservatif. Namun, mengenai toleransi diantara umat beragama meski terdapat perbedaan, sikap toleran ini menjadi suatu sikap guna menghargai perbedaan agama lain.

Topik mengenai perbedaan agama sangatlah sensitif jika salah dibahasakan atau disinggung, hal inilah yang kadang menyebabkan persoalan di masyarakat, dimana sering terjadi kondisi ketika suatu agama dihadapkan oleh berbagai kritikan. 

Misal saja agama Islam yang mungkin tidak disenangi oleh beberapa orang mengatakan bahwa agama ini merupakan agama yang intoleran, bersifat diskriminatif, maupun ekstrem. 

Sering juga ditemukan di masyarakat yang hendak membuat kericuhan antar perbedaan agama, yang memandang suatu agama dikatakan tidak memberi ruang kebebasan dalam beragama serta bebas dalam mengutarakan pendapatnya. 

Ada anggapan bahwa orang yang tidak memiliki toleransi pada suatu agama akan menyatakan bahwa suatu agama tersebut erat kaitannya dengan kekerasan yang mengatasnamakan agama, sehingga tidak mencapai suatu perdamaian, persatuan, maupun kasih sayang sebagaimana agama diciptakan semestinya.

Padahal, seharusnya dalam beragama bila seorang memaksakan tidak boleh, hingga terlebih pula mengusik, pasti tidak dibenarkan. Dipersilahkan seorang memilah agama serta kepercayaannya sesuai dengan pilihan masing-masing. 

Manakala perilaku serta pemikiran itu diimplementasikan dalam kehidupan tiap hari oleh penganut agama, hingga sesungguhnya tidak hendak terjalin permasalahan. 

Mereka yang beragama Islam beribadah ke masjid, mereka yang kristen ke gereja, serta demikian pula yang lain maka sinergi dalam toleransi beragama akan terus terajut dengan baik di masyarakat. 

Agama pula menyarankan supaya umatnya jadi yang terbaik, ialah silih memahami, menguasai, menghargai, mengasihi, serta apalagi pula silih bertolong membantu di dalam kebaikan. 

Umpama seluruh umat beragama, apapun agamanya sanggup menampilkan sikap terbaik sebagaimana perintah ajaran agamanya, hingga sesungguhnya tidak hendak terjalin perkara terpaut agama orang lain dalam menempuh hidup tiap hari.

Toleransi baru jadi terasa tidak terpelihara oleh sebab di antara mereka yang berbeda merasakan terdapat suatu yang mengusik. Dapat jadi kendala itu sesungguhnya bukan bersumber dari agamanya, namun berasal dari aspek lain, misalnya dari ekonomi, sosial, hukum, keamanan, serta semacamnya. 

Memandang orang ataupun sekelompok orang sangat memonopoli aktivitas ekonomi sehingga merugikan ataupun mengusik orang ataupun kelompok lain, hingga timbul rasa kecewa serta ataupun sakit hati. 

Demikian pula bila ada sekelompok orang tidak mempedulikan serta apalagi berperilaku merendahkan, hingga orang lain akan merasa terganggu. Perihal demikian tersebut setelah itu menjadikan pihak lain merasa dirugikan., direndahkan, ataupun dikalahkan. 

Sementara itu sekalipun mereka memeluk agama berbeda, namun bila mereka masih mampu melindungi ikatan baik, berperilaku adil, jujur, menghormati pihak lain, hingga tidak hendak terjalin ataupun memunculkan perkara dalam kehidupan bersama. Seluruh orang hendak merasa bahagia kala diperlakukan dengan cara-cara yang baik, darimana juga datangnya kebaikan itu. Orang yang berperilaku baik hendak diterima oleh siapapun.

Kebalikannya, kala telah berbeda suku, etnis, ataupun apalagi agama, namun kehadirannya pula dialami mengusik, hingga hendak melahirkan rasa tidak bahagia. Jangankan berbeda agama, etnis ataupun bangsa, sebaliknya sesama bangsa, etnis, serta agama sekalipun pula hendak bermusuhan manakala nilai- nilai kejujuran, keadilan, serta kebenaran diganggu. 

Oleh sebab itu, sesungguhnya bukan perbandingan agama yang dipersoalkan melainkan sikap yang merugikan serta mengusik seperti itu yang senantiasa menjadikan orang ataupun sekelompok orang tidak bertoleransi. Tidak sering serta di mana-mana bisa disaksikan, di antara orang yang berbeda suku, bangsa serta agamanya namun masih sangat rukun. 

Diantara mereka yang berbeda, tercantum berbeda agama, berbagi kasih sayang, serta pula tolong membantu. Perihal demikian itu, oleh sebab diantara mereka silih memahami, menghargai, serta menghormati dengan metode senantiasa melindungi nilai-nilai kemanusiaan semacam keadilan, kejujuran, serta kebenaran, sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya.

Sinergi dalam merajut toleransi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan hal yang positif. Seperti misalnya, ketika seseorang yang berbeda agama melakukan ibadahnya, kita harus bisa meghargai itu, jangan sampai kita mengganggu bahkan merusak fasilitas maupun tempat ibadah mereka seperti pada kasus-kasus perusakan tempat ibadah yang pernah terjadi di Indonesia. 

Sama halnya pula dengan kasus terorisme yang dilakukan seseorang atas dasar jihad, yang dengan tega melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang keras oleh agamanya, hal ini menandakan bahwa iman dari orang tersebut tidaklah cukup kuat sehingga rasa toleransi beragamanya juga menjadi kurang.

Merajut toleransi sebenarnya bisa dilaksanakan oleh tiap-tiap umat beragama karena sejatinya setiap agama mengajarkan kebaikan dan ajaran untuk menghargai umat lain yang berbeda keyakinan agamanya dengan kita. 

Sebagai contoh sinergi dalam merajut toleransi ini sudah diimplementasikan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, seperti kerukunan umat yang tempat ibadahnya bersebelahan, misal masjid dengan gereja namun tetap saling menghargai antarumat saat melakukan ibadahnya masing-masing. 

Kemudian, sinergi merajut toleransi juga telah diajarkan sejak dini pada lingkungan-lingkungan sekolah oleh para tenaga pendidik kepada peserta didik, dimana dalam berteman kita tidak boleh membeda-bedakan teman hanya karena teman itu berbeda dari kita, seperti perbedaan agama yang dianutnya. 

Adapun implementasi toleransi yang sudah terajut dan terjalin baik dalam lingkungan masyarakat seperti ketika kita merayakan suatu hari raya, kita berbagi makanan dengan tetangga yang berbeda agamanya dengan kita, seperti misalnya lebaran, ketika kita memiliki teman yang berbeda agama, kita mengiriminya hampers lebaran. 

Contoh-contoh kecil seperti itu mungkin sederhana, namun dengan begitu kita bisa menghargai perbedaan, menjalin silahturahmi, dan merajut sinergi dalam toleransi beragama. Dengan demikian, ajaran toleransi akan terus tumbuh dalam kehidupan bermasyarakat untuk persatuan Indonesia yang kaya akan perbedaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun