Mohon tunggu...
Alvi Anugerah
Alvi Anugerah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis jika sedang menggebu-gebu

Humaniora Universal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tak Hanya Sumber Air, Sumba juga Butuh Sumber Sinyal

14 Oktober 2018   22:14 Diperbarui: 17 Oktober 2018   10:55 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada bapak yang rela mewakafkan tanahnya untuk dibangun sekolah. Ada warga yang menyumbang kayu, semen, serta keperluan-keperluan lainnya. Bentuk gotong royong yang heroik. Pada umumnya, gotong royong lumrah dilakukan untuk membersihkan got mampet atau mengecat pemukiman menjelang 17-an. Gotong royong mereka tak tanggung-tanggung: bangun sekolahan!

Kitabisa.com
Kitabisa.com
Ternyata gotong royong bangun SMP ini bukan kali pertama. 6 tahun silam, warga desa Tanarara sudah membuktikan kekompakan mereka dengan berhasil membangun sekolah dasar secara swadaya. Teman saya yang Asli Sumba Timur itu lalu memutuskan membuka penggalangan dana di Kitabisa agar lebih banyak orang membantu proses pembangunan sekolah. Link penggalangan dana nya bisa dibuka di sini: kitabisa.com/sekolahlewa.

Aktivitas warga Desa Tanarara, Kecamatan Waingapu, Sumba Timur membangun SMP secara swadaya. Sumber: dok. pribadi
Aktivitas warga Desa Tanarara, Kecamatan Waingapu, Sumba Timur membangun SMP secara swadaya. Sumber: dok. pribadi
sumber: dok. pribadi
sumber: dok. pribadi
Itu baru permasalahan tempat belajarnya. Saya tak bertanya dan melihat lebih dalam bagaimana rencana sumber-sumber pengajaran dan kurikulum di sekolah itu, termasuk keberadaan guru berikut kualitasnya.

sumber: databooks.co.id
sumber: databooks.co.id

Pengalaman susah sinyal saya di Sumba ternyata berbanding matching dengan data yang dirilis oleh Asosisiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Tahun 2017, APJII menyebut bahwa meskipun 143,26 juta manusia Indonesia sudah pernah menggunakan akses internet, tapi sebaran penggunananya masih belum merata. 

Penduduk di pulau Jawa masih jadi penikmat akses internet terbanyak. Presentasenya mencapai 58,08%. Sementara itu kawasan nusatenggara yang jadi wilayahnya pulau Sumba, baru 5,63 % penduduknya yang menggunakan internet.

Saat ini, Ketika internet dan dunia maya jadi tumpuan hampir semua aktivitas manusia, Sinyal sangat layak jadi kebutuhan keempat dasar manusia setelah Sangan, Pandang, dan Papan. Sumba punya destinasi wisata yang indah.

Tapi, tanpa jaringan sinyal dan internet pendukung, pasti nggak akan maksimum jadinya. Apa kata dunia kalo liburan di Sumba itu nggak bisa langsung upload IG story dan postingan foto?

Tulisan sebuah artikel opini di Kompas Cetak edisi 21 Juli 2018 menarik perhatian saya. Sang penulis membahas tentang fenomena youtube sebagai khazanah baru untuk menambang ilmu. 

dok.pribadu
dok.pribadu
Cukup dengan sinyal internet yang baik dan penguasaan vocab inggris yang oke, siapapun, kapanpun, dan di manapun bisa belajar hal apapun di youtube. Belajar langsung dari ahlinya. 

Dari praktisinya. Tidak lagi lewat guru sekolah. Internet, atau yang lebih komprehensifnya disebut ICT (Information & communication technology). Katanya, cukup 3 syarat untuk membuat pendidikan Indonesia maju bin merata: akses internet, kepemilikan gawai, dan mengerti bahasa inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun