Mohon tunggu...
Alvi Anugerah
Alvi Anugerah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis jika sedang menggebu-gebu

Humaniora Universal.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Lagi Mengutuk di Media Massa!  

23 Juli 2015   13:58 Diperbarui: 23 Juli 2015   13:58 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutuk dalam konteks kekinian sama sekali tak mengubah masalah. Hari ini, ketika sebuah kutukan diluncurkan, kejahatan terhadap kemanusiaan tak otomatis terhentikan. Ketika SBY mengutuk Israel, korban jiwa di jalur Gaza sama sekali tak berkurang. Begitupun ketika insiden di Tolikara terjadi. Musolla serta kapling-kapling ruko yang telah hangus jadi puing tak lagi otomatis terbangun megah. Karena memang yang sesungguhnya dibutuhkan adalah lebih dari sekadar kutukan….

Republik ini masih beruntung memiliki orang-orang yang tak sakti tapi mampu menempatkan diri. Orang-orang ini sebenarnya mampu mengeluarkan kecaman atau kutukan. Tapi orang-orang ini memilih tidak mau. Sebab sekali lagi, ada hal yang lebih penting daripada mengeluarkan sumpah serapah beserta kerabat-kerabatnya.

Saat itu, saya sedang menonton video Periscope milik selebritas ternama, Pandji Pragiwaksono. Lewat Periscopenya, Pandji mengajak penonton videonya itu untuk ikut urunan proyek Fundraising bertajuk “Bangun Kembali Masjid Tolikara di Papua”. Salut juga saya dengan idenya. Lewat portal Fundraising KitaBisa.com, Pandji mengajak masyarakat luas patungan uang untuk membangun kembali musolla yang terbakar itu akibat insiden penyerangan oleh oknum di Kabupaten Tolikara. Sampai akhirnya patungan online itu ditutup Selasa, 21 Juli 2015, silam, terkumpul uang tak kurang dari Rp. 304.568.310. Padahal, target pada proyek tersebut tercantum hanya 200 Juta Rupiah saja.

Keterangan Gambar: Laman Kitabisa.com yang memuat proyek Fundraising Pandji Pragiwaksono yang menginisiasi pembangunan kembali tempat ibadah yang terbakar distrik Tolikara, Papua/Kitabisa.com  
Keterangan Gambar: Laman Kitabisa.com yang memuat proyek Fundraising Pandji Pragiwaksono yang menginisiasi pembangunan kembali tempat ibadah yang terbakar distrik Tolikara, Papua/Kitabisa.com  
Pemerintah lewat Kementerian Sosial pun berencana hal serupa. Lewat ibu menterinya, Pemerintah berinisiatif membangun kembali ruko-ruko juga musolla yang terbakar. Presiden bahkan langsung menyebut nominalnya:  1 Miliar, seraya memerintahkan jajaran terkait untuk memulai pembangunan segera.  Belakangan juga menyusul lembaga-lembaga lain dengan rencana yang sama  seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Dompet Dhuafa. Rhoma Irama yang menjabat sebagai Ketua Umum Forum Silaturahmi Takmir Masjid dan Musala Indonesia yang juga ketua umum partai Idaman pun tak mau ketinggalan langkah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Teruntuk para pengutuk, kikislah sedikit demi sedikit kebiasaan pencitraan diri dengan cara mengecam dan mengutuk di media massa.  Jika merujuk pada teori penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Uses and Gratification Theory), pengakses media dipandang sebagai individu aktif yang memiliki tujuan. Mereka bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri terkait konten-konten media mana yang akan mereka konsumsi untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Bukan mustahil terjadi ketika pengakses-pengakses media tersebut juga latah dan terlatih menjadi seorang pengutuk karena melihat publik-publik figur yang  hanya bisa mengutuk ketika sebuah insiden terjadi. Pengakses-pengakses media yang menjelma menjadi pengutuk itu kemudian bersatu padu menjadi bangsa pengutuk.

Padahal, sekali lagi, negeri ini sama sekali tak membutuhkan pengutuk…

*) Keterangan Gambar: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono/Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun