"Apa kau senang," jawabnya seringai.
 "Kamu masih saja berpikir negatif tentang ku," ucap Shin Hyun sembari mendekatinya. "Sudah kubilang, AKU BUKAN DIA...! Aku bukan wanita penyihir itu, kenapa kau tidak mempercayai ku sampai dengan hari ini." Sambungnya lagi yang menangisi kondisi sang kakak pagi ini.
 "Oh...!" jawab Shin Il.Â
Shin Hyun mendekat dan semakin mendekat, kemudian duduk tepat di depan Shin il. Lalu kedua tanganya memegang wajah yang penuh dengan lebam akibat tamparan, matanya melihat setiap luka akibat cambukan baik dari depan ataupun dari belakang, kemudian dia memeluknya sembari meraba ke bawah untuk melepaskan ikatan tangan di kedua tangan sang kakak yang mengarah kebelakang.Â
"Pergilah jangan berpura-pura baik padaku," ucap Shin Il.Â
"Sudah cukup kak...!" ini kali pertamanya Shin Hyun memanggilnya dengan sebutan kakak. "Aku sudah muak jangan berpura-pura lagi. Aku telah mengetahui banyak hal tentang kau, kau tidak perlu menjauhi ku untuk melindungi ku. Semuanya aku sudah tahu kenapa kau bersifat ketus dan sinis padaku. Kau begitu jahat sekali dengan ku, aku tahu kau ingin membuat ku untuk menjauhi mu karena jika Ibu tahu, maka dia akan semakin dan semakin menjauhkan hati mu dan hati ku, serta akan semakin dan semakin menuntut ku untuk kepentingan pribadinya." Shin Hyun melepaskan pelukanya lalu memegang tangan Shin Il.Â
"Jangan sok tau," jawabnya.Â
"Para pelayan mu adalah utusan ku."
 "Apa!!!"Â
"Maaf, tapi hanya itu yang bisa ku lakukan."Â
"Kau licik."Â