Mohon tunggu...
Mutiara herdiana putri baiin
Mutiara herdiana putri baiin Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Hobi:menulis cerita fiksi, mendengarkan musik Kepribadian:introvert

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laut Bersedih (chapter 2)

27 Agustus 2024   13:05 Diperbarui: 27 Agustus 2024   16:30 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"adek ingat nggak? Dulu waktu kecil kita diam-diam makan permen supaya ibu nggak marah," varo tertawa mengingat-ingat kejadian sepuluh tahun yang lalu. 

"Terus besoknya kamu sakit gigi dan kita yang dimarahi padahal adek engga salah. Kaka yang salah karena mengajak adek makan permen diam-diam dari ibu." Pria jangkung itu sangat merindukan masa-masa dimana dirinya sangat bahagia akan kehadiran sosok langit dirgantara. 

Hembusan angin malam seperti mendukung suasana haru, membuatnya dirinya merasa kedinginan, malam ini, varo menangis sejadi-jadinya. Rasanya ia tidak percaya bahwa langit sudah tidak ada lagi didunia ini. 

Pada dasarnya manusia itu tidak akan abadi, ada waktunya kamu akan kehilangan dia [yang kamu anggap selamanya] maka jika itu terjadi kamu jangan menangis melainkan ikhlaskan lah. Pada dasarnya hukum alam memang begitu, yang ada pasti akan tiada seiring berjalannya waktu manusia itu sendiri akan menjadi abu dan hanya meninggalkan kenangan indah dan menyakitkan. 

"Langit sayang banget sama kak varo, kalau misalnya adek udah nggak ada suatu saat nanti kak varo harus janji bahagia selalu ya?" Varo selalu mengingat apa yang diucapkan langit kala itu.

Varo menghapus air matanya kasar, "bagaimana kak varo bisa bahagia kalau adek aja nggak ada di dunia ini? Nggak ada yang bisa ngertiin perasaan kak varo selain adek langit."

                                           (Hujan) 

Grazella sedang duduk di kursi dekat jendela kamarnya. Ia menatap ke arah bulan yang bersinar cukup terang. Perempuan itu tidak henti-hentinya tersenyum ketika mengingat momen pertemuannya dengan laki-laki bernama varo. Ingatan itu benar-benar melekat di pikirannya. "Bramasta varo zergan dirgantara? Nama yang bagus," gumam Grazella. Ia menggenggam sebuah diary. Setiap Grazella melewati hari yang panjanh---cewek itu suka menulis semuanya disini. 

Senyum cewek itu memudar. Ketika ia mengingat besok akan pergi bersekolah, Grazella selalu takut. Bahkan Grazella selalu berharap waktu berhenti cukup lama supaya hari esok tidak datang. Grazella benci sekolah. 

      (Besok sekolah, Grazella takut dibullying) 

Grazella pernah mendengar orang-orang bercerita tentang masa SMA adalah masa yang indah, dan mereka ingin mengulang masa itu, tapi bagi Grazella tidak indah, jika di tanya kenapa? Karena Grazella selalu di-bully di sekolah, bahkan sekolah bagi Grazella neraka, tidak ada kebahagiaan di sana hanya ada tangisan dan rasa sakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun