Alunan merdu ombak menabrak karang
Bunyi Falsetto laut menuntun jalanku
Menuju kenangan bersamamu
Di tempat spesial kita
Kehangatan yang dulu kurasa
Kini membanjiri sanubari
Semua ingatan yang dulu gugur
Untuk sesaat mekar mewangi
Jadi, ditampi di dalam oleh nafas yang penuh,Â
Yang diketahui jiwaku pada tahun - tahun itu,
Dengan kegairahan yang kupikir sudah kulupakan,
Aku mencoba mengingat raut wajahmu
di kala itu.
Â
Dari sekian raut wajah manismu
Terbesit pula raut wajah gundah dan lelah
Mengisyaratkan matinya api romansa
Yang menjadi akhir dari kisah kita
Betapa cinta kita itu membunuh
Dibutakan gairah romansa,
Dibutakan oleh api cemburu,
Dibutakan oleh insekuritas,
Kita saling mendekap erat
Hingga tak sadar saling menyakiti
Kita saling memendam emosi
Sehingga rasa tak hendak mengalir
Apa yang tersisa darimu?
Di mana mawar di pipimu?
Bibir mu yang tersenyum dan matamu yang bersinar?
Sungai air mata yang mendidih
Telah hangus membakar semuanya.
Mungkin memang kita tak menjadi
Tetapi hadirmu tetap membekas
Rasa terimakasih kan selalu ada
Untukmu yang menemani jejak langkahku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H