Mohon tunggu...
Aluska Alus
Aluska Alus Mohon Tunggu... -

the deeper wisdom bringing in its own way the special request to pass

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Terlara Negeri Ini

22 Januari 2014   09:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta bagi mereka baru disebut cinta jika dihiasi dengan segala sarana dan prasaranya. Berputar putar mereka mengimpartasikan bahwa cinta itu ada dan baru sukses disebut cinta, jika segala terpenuhi, dijamin dengan kesenangan yang mapan. Cinta yang ingin mereka impartasikan adalah cinta yang pakai rencana dan bisa dikendalikan. Menguasainya. Untuk itu mereka tega melara lara cinta negeri ini.

Jika demikian. Siapa sesungguhnya pemilik cinta atas seluas tanah negeri ini? Siapa pemilik cinta akan pantai pantai permai dan jangan lupakan pantai berkarang sepi kerontang. Siapa pemilik cinta atas gunung gunung berapi yang mengancam setiap saat. Siapa pemilik cinta akan pokok pokok bakau, rawa rawa berlumpur, hutan bernyamuk malaria, tanah dan padang padang gersang. Siapa? Apakah mereka mampu berkata demi cinta tanpa harus mendapat apa apa. Ketika cinta hanya memberi? Tidak, atas nama cinta mereka memangkas bakau bakau menggantinya dengan timbunan batu dan tanah meluas luaskan wilayah. Merekakah yang menghabisi rawa rawa mengurugnya menggantinya demi kecantikan semata.Tak terhitung demi cinta mereka memapas bukit bukit subur, membelah gunung gunung, mercuni laut laut. Dan, mereka sanggup mengeluarkan sebegitu banyak hanya untuk berlibur di tempat yang masih menyisakan alam alami. Oh, tidak istri istri, anak, mertua akan memaksa menikmati metropolis kota kota dunia. Berbelanja tanpa batas. Dan sesampai disini mereka dengan bijak berkata, "Disana begitu, kenapa disini begini." Tidak sadar itu tugas mereka.

Mereka berpupur kata mengagungkan cinta telah membuat mereka punya segala yang membuat mereka nyenyak tidur. Mereka akan bangun bersalin dengan segala wangi wangian. Mereka berdalih itu yang akan membuat mereka dapat membagikan cinta pada yang papah. Sebenarnyalah mereka hanya ingin memamerkan segala yang mereka punya. Mereka pandai menghias keberhasilan cinta. mereka. Dan itulah nasehat mereka agar lainnya seberhasil mereka. Tidak perlu iri, dengki, cobalah siapapun pasti akan berhasil seperti mereka.

Cinta negeri ini belepotan pupur. Cinta plastik dari mereka yang plastis yang mngukur cinta dari materi yang harus dipunya. Bagi mereka, kemiskinan, kegagalan, kenestapaan, kelemahan, bukan cinta. Mereka tidak ingin melihatnya. Mereka memang menolong tetapi tidak sampai mengakar. Mereka menebang cinta, tidak membiarkan daunnya gugur, dan membusuk. Mereka tidak mengerti daun daun meranggas, berguguran, melayu, membusuk disiram hujan menjadi humus. Cinta mereka adalah pabrik pabrik yang menghasilkan cinta yang mereka butuhkan.

Negeri ini nyaris kehilangan cintanya. Mereka tidak percaya lagi semurninya cinta. Itu omong kosong. Tidak ada cinta tanpa kekuasaan. Sepanjang hari kita terpaksa menyaksikan ungkapan ungkapan cinta. Banyak yang tertuang sembrono. Bagi mereka, t,ak perlu diragukan untuk mendapatkan cinta kita harus terlebih dahulu sempurna. Mereka terasa terlampau  sempurna.

Aku bertanya apakah negeri ini hanya mau menerima kesempurnaan cinta. Tidak ada salahnya dengan mereka yang telah merasa sempurna. Hak mereka juga membagikan hakekat cinta menurut mereka. Tidak ada yang salah dengan itu semua. Mereka yang akan mempertanggungjawabkannya sendiri. Membuktikan cinta mereka tidak berlara. Tapi, jika pun suatu saat cinta mereka terbentur, mereka sendiri yang akan menggunakan formula yang selama ini mereka tawarkan untuk dipergunakan tahap demi tahapannya pada diri mereka sendiri.

Jangan tanyakan akan cintaku pada negeri ini. Aku bahkan bertanya masihkah ada cintaku terhadap negeri ini. Mungkin lebih tepatnya apakah negeri ini masih menawarkan cintanya padaku. Aku tidak berani memikirkannya. Yang paling mungkin cintaku terlarai bagi negeri ini. Aku berkeluh kesah untuknya. Aku mencintainya karena kutahu negeri ini pun mencintaiku. Cinta jangan sampai terlara bagi negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun