Dalam ketakutannya, Rika mengambil ponsel dan mencoba menghubungi teman-temannya. Namun, sinyal ponselnya hilang. "Apa yang terjadi?" pikirnya panik. Ia mencoba menyalakan kembali lampu, tapi lampu tetap padam. Hanya cahaya remang-remang dari luar yang masuk melalui jendela.
Bayangan itu kini bergerak mendekati pintu. Rika tahu ia harus berbuat sesuatu. Ia mengambil benda apa saja yang bisa dijadikan senjata, termasuk gunting kuku yang tadi digunakannya. Dengan hati-hati, ia mendekati pintu, bersiap menghadapi apa pun yang ada di luar sana.
Rika berdiri di depan pintu, berusaha menenangkan napasnya yang memburu. Dengan tangan gemetar, ia membuka kunci pintu perlahan-lahan. Ketika pintu terbuka, ia tidak melihat apa-apa kecuali kegelapan. Namun, perasaan mengerikan itu masih ada.
Tiba-tiba, sebuah tangan dingin mencengkeram pergelangan tangannya. Rika menjerit, mencoba melepaskan diri. Dari kegelapan, muncul sosok tinggi dengan wajah pucat dan mata kosong. "Kau memotong kuku di tengah malam," suara itu berbisik, membuat darah Rika membeku.
Sosok itu menarik Rika keluar, membawanya ke dalam kegelapan. Rika berteriak, meronta-ronta, tapi cengkeraman itu terlalu kuat. Di tengah ketakutannya, ia teringat akan gunting kuku yang digenggamnya. Dengan sekuat tenaga, ia menusukkan gunting itu ke tangan yang mencengkeramnya.
Sosok itu mengerang kesakitan, melepaskan cengkeramannya. Rika berlari secepat mungkin, masuk kembali ke dalam apartemennya dan mengunci pintu. Napasnya tersengal-sengal, tapi ia tahu ini belum berakhir. Ia bisa mendengar suara sosok itu meronta di luar.
Tanpa berpikir panjang, Rika mengambil semua barang yang bisa digunakan untuk menghalangi pintu. Ia mendorong meja, kursi, dan apa saja yang ada di dekatnya. Namun, suara dentuman keras dari luar membuatnya sadar bahwa sosok itu tidak akan menyerah begitu saja.
Rika merasakan keputusasaan. Ia mencoba mengingat segala hal yang pernah didengarnya tentang mengusir roh jahat. Dalam keputusasaannya, ia mulai membaca doa-doa, berharap bisa mengusir sosok mengerikan itu.
Saat Rika berdoa, suara di luar semakin keras. Pintu bergetar, seolah akan roboh kapan saja. Namun, tiba-tiba semuanya terdiam. Rika membuka matanya perlahan, mencoba memahami apa yang terjadi. Apakah doanya berhasil?
Dengan hati-hati, Rika mendekati pintu. Tidak ada suara, tidak ada gerakan. Ia memberanikan diri untuk melihat melalui lubang intip. Yang dilihatnya hanyalah kegelapan. Rika membuka pintu perlahan, memastikan bahwa sosok itu sudah pergi.
Namun, ketika ia melangkah keluar, ia melihat sesuatu yang mengerikan. Di lantai, terdapat jejak darah, mengarah ke tangga. Rika mengikuti jejak itu, meskipun hatinya penuh dengan ketakutan. Jejak itu berakhir di pintu apartemen tetangganya, yang selalu tertutup rapat.