Pemandangan yang sungguh menakjubkan.
"Pandanglah mentari yang siap terbenam itu. Indahnya mungkin bisa mengurangi sedikit sesakmu,"kali ini otak memerintah hatiku.
"Kalo boleh usul, sebaiknya sudahi sajalah. Tak ada gunanya," otakku memecah kesunyian.
"Apa sih yang kita cari? Kita sudah punya segalanya. Ada suami yang sangat baik dan sayang. Ada Gita dan Nada yang butuh kasih sayang." otakku kembali angkat bicara.
Hatiku mendesah resah.
Slide wajah suami, wajah Gita, wajah Nada silih berganti melintas. Nafasku sedikit tertahan saat wajah Heru tiba-tiba menyeruak.
Ahhh...
"Tapi Heru...?" desis hatiku pelan.
"Heru hanya bagian dari masa lalu... Kita tak akan mengorbankan kebahagiaan kita demi dia kan? Gina dan Nada... Lihatlah mereka. Tegakah kita menghancurkan kebahagiaan mereka hanya demi hasrat gila yang melenakan?"
Hatiku tepekur... Berbagai kemungkinan berkecamuk.
"Heru pasti mengerti. Selama ini juga dia mau mengerti. Bahwa cinta bukan harus memiliki," otakku tak lelah membujuk.