Kami cuma tertawa.
Begitulah obrolan-obrolan ngelantur kami. Tapi setiap kali kamu ingat itu, kamu sering menggoda. “Kamu pilih yang 70% apa yang 30% ? Kalo yang 70%… this is a wild world” Sergahmu, walaupun aku tak tahu jelas apa maksudnya.
“Kalo pilih yang 30% kasih tahu aku ya?” lanjutmu, lagi-lagi kami hanya tertawa. Setidaknya meringankan kegundahan perasaan bahwa kami memang sulit disatukan. Keluargaku memegang prinsip agama yang kuat dan taat yang berarti itu cukup berpengaruh dalam masalah jodoh. Aku tahu betul bahwa laki-laki untukku haruslah lelaki sholeh, alim, dari pesantren dan pandai dalam hal keagamaan. Aku setuju itu, makanya aku tidak ingin mengambil resiko hanya karena memanjakan perasaan sesaat dengan ‘memacarimu’ yang nota bene jauh dari kreteria lelaki pilihan keluargaku.
Yach ini hanya sesaat! Aku tak pernah menginginkanmu menjadi milikku selamanya. Cukup kau beri aku kenangan-kenangan manis itu …
--------
Kesempatan lain dekat rel itu.
“Berapa usiamu sekarang?” tanyamu, walau aku tahu kamu sudah hafal diluar kepala.