Saat Rangga berpuasa, Stevan tidak percaya ada manusia yang mampu bertahan tanpa makan dan minum selama 15 jam setiap hari selama 30 hari, dan ia pun mengatakan. "Agamamu kurang realistis. Kenapa agamamu menyiksa umatnya dengan segala macam kewajiban? Kalau memang Tuhan itu ada, kalau memang Tuhan itu pemurah, kenapa dia menganiaya kalian semua dengan kesulitan itu? Kau harus sembahyang 5 kali sehari. Kau harus berpuasa sebulan setahun. Kau harus pergi haji, berpanas-panasan dan berdesak-desakan seperti yang kulihat di TV. Kenapa harus begitu? Dan kenapa kau harus mau? Itu tidak logis!".
v Anti klimaks:
Jika Rangga mengakui pangandaian Stevan, itu berarti dia telah mengingkari ikrar pertamanya sebelum lahir di bumi ini, ketika malaikat membisikan untuk bersyahadat di dalam rahim ibunya. Sebuah kontrak suci untuk percaya pada Tuhan, hanya satu Allah. Dan kini ikrar suci itu ditantang oleh sosok pemuda yang tengah duduk dengan 2 botol bir di depannya. Manusia yang lebih mempercayai kontrak dengan perusahaan asuransi dibandingkan kontrak suci antara manusia dengan pencipta-Nya.
v Peleraian & penyelesaian:
Susah memang berbicara tantang Tuhan pada orang yang sejak lahir tak pernah mengenal agama, batin Rangga. Lalu Rangga pun mengatakan "Kalau Tuhan ternyata tidak ada...nothing to lose, toh aku tidak kehilangan apapun di dunia ini. Setidaknya aku bahagia ada 'perasaan' yang membuatku menjalani hidup dengan baik, tenang, damai, tanpa was-was. Aku tak ingin menyesal pada hari tuaku, bahwa hidupku hanya kuhabiskan dengan kesia-siaan. Itu saja...". 6 bulan setelah Stevan lulus menjadi Ph.D., dia mengirimkan surat elektronik pendek kepada Rangga. Rangga, my friend. I think I now believe in God. That's it. But not interested into a religion. Maybe one day...
7. Amanat
Ilmu pengetahuan itu pahit di awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya.
Janganlah menelantarkan ilmu, perjuangan masih panjang.