Mohon tunggu...
Kolose Hitam Putih
Kolose Hitam Putih Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

katanya cerita adalah salah satu media dalam penyampaian perasaan dan pesan-pesan berharga yang tersirat maupun tidak. sebuah cerita juga dapat menjadi hal yang baik untuk penggambaran ekspresi dan juga imajinasi yang luas serta membuka lapisan-lapisan baru pada dunia kita.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pertemuan Kedua

27 Juni 2024   10:41 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapal samudra baru berlayar dari dermaga pada pukul satu siang, lebih tepatnya dua menit lagi kapal itu akan segera berangkat dan meninggalkan pelabuhan. Aku mempercepat langkahku menuju pintu masuk kapal, aku tak ingin tertinggal dan harus kembali membeli tiket untuk dapat pergi ke Surabaya.

Perjalanan ini memakan waktu yang cukup lama, setidaknya bisa menghabiskan waktu dua hari perjalanan di atas laut Jawa. Mungkin banyak orang akan mengira ini adalah salah satu perjalanan yang singkat, tapi bagi seorang yang jarang keluar jauh sepertiku jelas ini merupakan sebuah perjalanan yang cukup panjang.

Tak tahu kapan dan apa saja yang terjadi selama perjalanan, aku merasa bahwa ini harus dinikmati dengan sebaik mungkin. Dan untuk itulah aku sudah membawa beberapa cemilan dan minuman yang kubeli di tempat asalku.

Orang-orang banyak memilih untuk tidur dan menghabiskan waktunya di depan layar, tak jarang aku juga menemukan seseorang yang sedang bekerja di depan layar laptopnya.

Mengitari kapal ini ternyata cukup mengasyikan, meskipun aku sedikit takut-takut jika saja diriku terpeleset jatuh ke dalam lautan luas. Entah siapa yang bisa menolong diriku pada saat itu, tapi lebih baik aku tak melakukan suatu hal yang dapat membuat diriku terjatuh ke sana.

Kepalaku pusing, entah mengapa kapal ini seakan bergerak lambat dan naik turun ke atas ke bawah, itu benar-benar membuat hampir semua isi perut ku ingin keluar dari mulut ku.

Tanganku mengenggam besi panjang pagar kapal ini. aku dapat melihat samudra secara luas, jauh disana aku melihat pulau tempat kediamanku, beberapa perahu mengelilingi kapal ini. burung-burung bewarna putih terbang ke sana ke mari tak tentu arah di atas kami, rasanya seperti berpetualang di negeri dongeng.

Aku bisa melihat semua yang ada disekitarku, sebuah lautan biru luas membentang dari ujung barat hingga Timur. Rasanya seperti dua hari merupakan hari yang sangat pendek bagiku.

Kini langit sudah berubah menjadi jingga, aroma laut benar-benar tercium hingga deck belakang kapal ini. sekarang aku sedang duduk di sebuah kursi panjang, sembari mendengarkan earphone ku yang memutarkan lagu jazz modern yang santai dan menenangkan, benar-benar sesuai dengan apa yang sedang ku rasakan saat ini.

"Raisa!?"

Aku menengok ke sisi kananku, dapat ku lihat muka yang sudah lama sekali tak ku temui. Rasa kangen dan rasa khawatir menjadi satu di dalam diriku, aku tidak tahu harus mengungkapkannya bagaimana.

"sendirian aja?"

"Rafa, kamu ngapain disini?"

"aku lagi ada urusan pekerjaan ke Surabaya, jadi hari ini aku pergi ke Surabaya"

"pakai kapal?"

"iyalah, gapapa, kan acaranya lusa ini"

Aku mulai menegakan tubuhku, mulai menyediakan waktuku untuk berbicara dengannya di sore hari ini. ia merupakan seorang teman laki-laki ku dari masa SMA, ia merupakan seorang yang humoris, tapi terkadang sering menikmati waktunya hanya untuk bersantai sembari mendengarkan sebuah music dari ponselnya.

Ia memang jarang berinteraksi dengan banyak wanita, tapi untuk diriku, entah mengapa kami berdua sama-sama merasakan nyaman saat bersama.

Pada sore ini, entah mengapa tanpa ada rasa ragu dan hal yang ditahan-tahan, rasanya setiap pembicaraan yang ingin kami katakan begitu tumpah tidak tertahan. Rasa rindu yang juga sudah cukup menyiksa kami akhirnya terobati pada sore ini.

Senja tidak pernah seistimewa ini, senja tidak pernah memberikan rasa ini lagi, barulah kali ini akhirnya kami berdua dapat merasakan ini kembali.

Pada malam harinya, kami berdua menghampiri sekumpulan anak muda yang berada di bagian dalam kapal. Sepertinya mereka mengadakan sedikit pesta kecil-kecilan di sana, dengan beberapa pencahayaan dan pengeras suara yang dipakai untuk memutarkan musiknya.

Rafa memiliki beberapa teman di kapal ini, salah satunya adalah Andi yang juga sedang berada di bagian dalam kapal ini. mereka saling berbincang-bincang dan membicarakan mengenai nasib dan bagaimana keadaan pekerjaan mereka.

Rafa akhirnya meladeni diriku lagi, ia mengajak diriku untuk berbagi headsetnya dan mendengarkan lagu-lagunya, sama seperti masa lalu.

Pada malam itu kami benar-benar menghabiskan waktu berdua di bagian dalam kapal, kami merasa seperti kembali diajak pada waktu kami masih SMA.

Namun yang namanya waktu memang tidak bisa diulang kembali. Perasaannya benar-benar berbeda, semuanya berbeda, namun kenangan itulah yang membuat kami bersuka pada malam ini. rasa-rasa romantis seperti kembali dari dalam.

Meskipun begitu, kami sudahlah menjadi dua orang dewasa, kami bukanlah lagi anak-anak seperti di masa-masa itu. kami telah mengetahui batasan kami, pada jam satu malam akhirnya kami memutuskan untuk berpisah, aku kembali ke kamarku dan ia kembali ke kamarnya.

Pada waktu bulan masih ada di atas kami, aku diam terbaring di ranjang, menatap kearah atap memikirkan hal-hal yang sebelumnya telah berlalu dan kembali teringat saat ini.

Pagi menjemput, kami diberikan nasi kotak besertakan minuman air mineral dari pihak kapal pesiar. Rafa kembali menghampiri diriku untuk menawarkan makan bersama di salah satu bagian kapal ini. kami berdua saling berbincang mengenai rencana kedepan dan apa yang kami inginkan pada masa-masa kami sekarang.

Yang namanya cita-cita memang akan selalu menyesuaikan umur. Dahulu aku ingin sekali bisa menjadi seorang pengacara hebat dan tampil di kejaksaan agung negeri, namun saat ini, rasanya hanya dengan memiliki sebuah usaha mandiri dan dapat mempekerjakan beberapa karyawan merupakan suatu yang sangat cukup untuk diriku.

Ia memaklumi hal itu, itu merupakan hal yang sangat biasa. Ketika seorang tumbuh menjadi dewasa, ada banyak yang ia lalui dan ada banyak permasalah yang ia hadapi. Dan hal-hal seperti itulah yang akhirnya membawanya pada suatu keterbukaan batin dan pikiran dalam melihat realita kehidupan yang sejatinya.

Orang-orang pada akhirnya memutuskan untuk realistis, tidak terlalu banyak bermimpi yang besar dan lebih mementingkan hal-hal yang masuk akal untuk dicapai sembari mencoba mengusahakan semua yang dibisa.

Memang rasanya seperti ada penurunan kualitas mimpi, tapi sebenarnya itu merupakan cara agar dapat mencapai mimpi itu lebih nyata.

Kapal kami akhirnya berlabu pada sore itu, kapal mendekat memarkirkan dirinya tepat di samping dermaga yang sudah ramai dengan banyak orang menunggu gilirannya kembali masuk ke kapal ini.

Aku dan Rafa menuruni kapal ini bersamaan, kami saling bercanda mengenai apa yang kami lihat dari atas sini. Hingga saat kami berada di bawah dan sudah dekat dengan bangunan pelabuhan, suatu hal yang ku benci terjadi, perpisahan.

Kami berdua saling berlambaikan tangan dan menjauhi satu sama lain. Sedikit tetesan air mata keluar dari kelopak mataku, aku benar-benar tidak bisa menahannya.

Senja pada hari itu terlihat menyedihkan bagiku, dari balik jendela kaca mobil taksi yang melaju cepat kearah yang ku ingin datangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun