Mohon tunggu...
Alsya Carissa Zevanda
Alsya Carissa Zevanda Mohon Tunggu... -

Halo..

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjadi Atlet, Cita-cita atau Sia-sia?

25 Oktober 2017   21:22 Diperbarui: 25 Oktober 2017   21:36 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angiotensin II berperan dalam memicu pengecilan diameter pembuluh darah yang mengarah pada kenaikan tekanan darah. Angiotensin II juga berperan mendegradasi zat yang bertugas membesarkan diameter pembuluh darah (kinins). ACE diekspresikan secara luas pada otot skelet dan memainkan peranan metabolik yang penting selama olahraga.

Rendahnya aktivitas ACE dan meningkatnya kinins memiliki efek postif pada metabolisme substrat-susbtrat terkait. Hal ini mengarah pada meningkatnya efisiensi respirasi sel dan fungsi kontraktil otot jantung dan skelet, suatu kualitas yang dibutuhkan pada macam olahraga yang membutuhkan ketahanan fisik (endurance), seperti marathon (Jones, 2002).

Variasi gen ACE yang disimbolkan dengan I dan D. ACE I menyimbolkan terjadinya suatu insertion, atau penambahan, sejumlah 287 pasang nukleotida pada gen ini. Sementara ACE D menyimbolkan suatu deletion, atau pengurangan, sejumlah 287 pasang nukleotida pada ACE. ACE D bertanggung jawab atas tingginya ekspresi dan aktivitas angiotensin I converting enzyme, sementara ACE I bertanggung jawab atas rendahnya ekspresi dan aktivitas gen ini.

Teori ini kemudian ternyata dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pelari jarak jauh, atau pelari maraton, memiliki frekuensi ACE I yang lebih tinggi daripada populasi biasa non-atlet (Hruskovicova, 2006).

ACTN3 adalah sebuah gen yang berada dalam lengan panjang kromosom 11. Gen ini bertugas mengkode sintesis protein yang bernama alpha-actinin3. Actinin adalah sebuah kelompok protein terkait actin yang sintesisnya dikode oleh banyak gen.

Dalam otot-otot skelet, actinin adalah komponen struktural utama untuk serat Z yang menambatkan serat-serat otot dan memelihara hubungan antar-ruang diantara dua serat otot (Blanchard, 1989). Otot skelet sendiri adalah otot-otot yang kedua ujungnya terikat dengan tulang dan bertugas menggerakkan rangka tubuh

Pada tahun 2004, ditemukan bahwa terdapat keterkaitan signifikan antara gen ACTN3 577R (yang mengkode protein alpha-actinin secara lengkap dengan fungsi yang normal) dengan prestasi pelari jarak pendek (sprinter). Secara bermakna ditemukan bahwa para atlet-atlet pelari jarak pendek (sprinter) memiliki frekuensi ACTN3 dengan 577R yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi biasa non-atlet. Hal ini menunjukkan bahwa alpha-actinin3 memiliki efek menguntungkan terhadap otot skelet, khususnya dalam menimbulkan kekuatan kontraksi pada kecepatan tinggi. (Yang, 2003; MacArthur, 2004)

Selain memiliki gen yang berbeda dengan orang biasa, atlet ternyata juga memiliki struktur tulang kaki yang lebih panjang juga. Dengan kaki yang panjang, para atlet maraton dapat melangkah lebih panjang juga. Dengan langkah yang lebih panjang, dibutuhkan waktu yang lebih dikit untuk mencapai finish lineatau garis finis.Peneliti juga menemukan bahwa tendon Achilles seorang atlet mempunyai struktur yang berbeda dengan orang lain. Tendon Achilles adalah urat besar di belakang pergelangan kaki yang menghubungkan antara otot betis dan tulang tumit yang berfungsi untuk mengangkat tumit. Tendon Achilles milik atlet berukuran lebih pendek dengan tulang jari yang lebih panjang. Tendon yang kecil ini berguna untuk menghasilkan daya kontak yang lebih besar antara telapak kaki dengan permukaan tanah, menghasilkan lebih sedikit energi dan asupan oksigen yang dibutuhkan, dan menghemat tenaga selama berlari.

Lalu, apakah kita hanya membutuhkan gen saja untuk menjadi atlet yang baik?

Profil genetik yang baik bila dikombinasikan dengan lingkungan pelatihan yang optimal sangat penting untuk kinerja atletik atlet. Baik komunitas ilmiah maupun olahraga mengakui bahwa faktor genetik tidak diragukan lagi berkontribusi pada kinerja atletik. Pada tahun 2009, lebih dari 200 varian genetik yang dikaitkan dengan kinerja fisik, dengan lebih dari 20 varian dikaitkan dengan status atlet-atlet. Meskipun beberapa penelitian telah mengungkapkan hubungan antara faktor genetik dan kinerja atletik pada anak-anak maupun remaja, area penelitian ini sangat relevan bagi populasi anak-anak. Gagasan untuk memprediksi keberhasilan atletik masa depan melalui tes genetik pada anak-anak menjadi semakin umum.

Mengingat jumlah sistem tubuh yang harus berinteraksi (rangka, pernafasan, saraf, dll), kinerja atletik merupakan salah satu sifat manusia yang paling kompleks. Mungkin perbedaan pertama yang terlihat antara atlet dengan orang biasa adalah morfologi tubuh (yaitu komposisi tinggi dan tubuh), dengan jenis tubuh tertentu yang sesuai dengan olahraga tertentu. Di luar morfologi tubuh, daya tahan, kekuatan, dan kekuatan merupakan faktor utama yang mendasari kinerja atletik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun