Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan, Angin dan Gemuruh Kilat di Atas Jogja

20 November 2024   11:33 Diperbarui: 20 November 2024   11:36 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan, Angin dan Gemuruh Kilat di atas Jogja

"lagu november rain itu terdengar syahdu di radio tak sengaja aku mendengarnya..tak terasa teringat padamu sayang...'"

Yogya 19 Nopember 2024

Masih basah kursi-kursi taman di selsar Malioboro ini siang terasa lenggang hanya suara mobil dan motor yang lewat juga detak kaki andong.

Pasar Beringharjo jadi saksi susah senang mencari nafkah hari ini ada yang teriak memanggil penumpang para pengemudi becak.

Aku coba menyusuri masa lalu kita yang pernah bersama di tengah hiruk pikuk selasar Malioboro kala itu.

Perjumpaan yang tanpa sengaja antara aku dan kamu ketika hati ini sedang bertanya kelanjutan cinta dengan pacarku.

"apakah harus kita lanjutkan"

Baca juga: Jogja 1965

"itu bagaimana hatiku bicara sayangku"

"melanjutkan fata morgana ini?"

"terserah"

Pet terasa gelap gulita Selasar Malioboro ini.

"maaf ngersaken es teh mas?" seorang pemuda kurus sudah didepan aku duduk.

"nggih berapa mas?" 

"lima ribu satu gelas"

"satu "aku merogoh uang di saku celana.

"kondur eh kembali lima ribu mas"

"ambil saja" kulihat binar mukanya senang aku tak menghiraukan sementara aku nikmati teh gelas ini.

Rasa pahit dan sedikit manis seperti nasibku cintaku tak terasa betapa sepi ramainya Malioboro siang ini.

"can help my?" dua orang wanita dari Mancanegara yang sedang berwisata bertanya padaku.

"yes when mrs?"

"hmm..how to Tamansari water castle?"

"is this to  look road Malioboro to beside Kraton"

"ok than you "

Aku diam membalas senyumnya dengan tulus. Sebagai penghibur diri sebab biasa aku sejak SMA selalu nongkrong disini.

di bawah pohon asem ini

rimbun

daunnya menghijau diatas bangku

menaungi para penikmat kursi selasar ini

juga membuat sejuk hati yang baru gundah

sayang

lupakah atau karena hujan terbawa deranya

juga karena angin ikut terbang cinta ini

aku hanya temukan di kilat dan guntir yang gelegarnya bisa sadarkan aku

bahwa cinta tak harus kita memiliki

"hai yang melamun sudahlah"kata seseorang di belakangku.

"aku tidak..."

tiba-tiba aku dipeluknya dari belakang

"malu..lepaskan y Dona"

" biar ...?asal jangan malu-malukin"

"aku baru putus"

"bohong ..aku tidak mau putus denganmu sayang"

"aku baru putus dari pacarku"

"lupa kamu kan pacarku?"

"pacar yang cantik itu sayang"

"biar buatku ...lelaki itu boleh punya pacar banyak asal..."

"asal apa?"

"asal apa sayangku?"

"setia"

"bohong kamu don"

Aku tidak tahu ini cinta buta atau aku yang nekat sejak SMA aku kenal Doni cantik dan anak orangnya supel aku anggap sebatas teman.

Namun selalu ada bila aku ada sesuatu yang buat sesak dada ini.

"kamu kok tahu aku disini?"

"wah gampang carimu cctv kan banyak"

"gila kamu"

"mas kita ke hotel yuk...ngopi"

"tidak takut  ada yang marah.."

"sama saja lelaki...begitu malu-malu kucing"

"kucing garong kah aku."

"mulai nieh...seneng kalau di kasih gereh ...tuh ikan laut kering"

Kami tertawa bersama sedikit menghibur hati yang gundah gulana ini.

"aku masih memikirkan dirinya"

"lah lupakan saja toh aku disini"

"namun tidak bisa temani aku didinginnya hujan bila malam"

"puisimu ..pantas buat galau ..semua yang membacanya mas"

"tidak aku tidak mau membius semua wanita dengan puisiku"

"hanya buat kami mabuk...tahu?"

Doni wanita yang cantik pernah aku jatuh cinta padanya kami saling cinta namun takdir tidak pernah satukan lagi kami. 

"mas sudah aku bilang jangan tunggu aku..."

"aku tidak menunggu jandamu apalagi.. sesuatu ditubuhmu"

"makan tuh puisimu hari ini buatku baper...ha ha. ."

"aku tahu itu waktu menjadi penentu"

Semua seakan terbawa hujan sore ini diantara temaram lampu di Malioboro orang bergegas untuk mencari sesuap nasi.

Menghindar hujan dan gemuruh guntur berkilatan di atas langit Jogja.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun