Aku mengenalnya waktu pertukaran mahasiswa di Jogja, aku mengenalnya dar sederhana dari keluarga sederhana, ingin hidup di Jogja Indonesia adalah cita-citanya, sebelum aku kenal lebih dekat aku kira dia sombong dengan segala kecantikannya namun ternyata adem dan santun.
"aku tidak akan bisa lupakan Indonesia" katanya berapi-api
"sama" jawabku singkat
'ini tentang negeri hijau di antar samudera yang biru abi" katamu sejenak sadarkan aku
"aku harus bagaimana?' tanyaku spontan
"harus bersyukur adanya, karunia Allah swt inilah yang aku  tidak bisa berkata apa-apa di negeri ini" jawabmu penuh di plomatis, pantas kamu ambil jurusan hubungan internasional dan fakultas Adab waktu dulu kuliah di Jogja
"aku kaget atas kekaguman tentang negeri aku ini" jawabku setengah malu-malu kucing
"ini tentang atas nama cinta kepada negeri  abi" katamu membuatku sedikit bertanya dalam hati
"aku cepat atau lambat tetap harus pulang ke negeri Palestina untuk sampaikan kabar baik ini kepada saudara dan keluargaku" jawbmu  yang entah mengapa membuat aku kaget.
Anisa tidak sendiri di Jogja kala itu bersama kakak kandungnya dan juga teman-temannya yang mendapat beasiswa studi  di Jogja d dan membuat kami semakin yakin Palestina dan Indonesia adalah dekat sekali rasanya.
**
Perang itu membuatku gundah semua orang harus membela negerinya namun kenangan seakan tidak bisa kami lupakan agresi Israel ke Palestina dan gaza membuatku gundah kabar terakhir kakak kandung anisa ikut jadi komnbatan dan anisa aktif dalam palang meerahh palestine dan aku semakin yakin bahwa inilah wanita pilihan  yang didatangkan Allah swt kepadaku.