Semua orang akan melupakan
tentang apa yang akan terjadi di Gaza
semua orang akan tidak peduli
dan amnesiaÂ
Penulis
Aku hanya ingin buat senyum anisa berkembang dia khir tahun ini walau gaza telah luluh lantak di hancurkan namun aku tidak mau cinta kita hancur seperti kota yang di hancurkan penjajah Israel, kampanye pemilu di Indonesia membuat aku maklum adu gagasan dan trik politik antar capres dan cawapres buatku hiburan tersendiri untuk sekedar ingat padamu.
"kamu harus tahu abi, kita berseberangan" kata anisa kepadaku
"namun kita satu hati, sayangku," jawabku tegas
"tidak bisakah  kamu sabar atas perang di gaza ini ?' jawabmu penuh harap kepadaku
"sabar  bagaimana?' jawabku kembali
Aku mengenalnya waktu pertukaran mahasiswa di Jogja, aku mengenalnya dar sederhana dari keluarga sederhana, ingin hidup di Jogja Indonesia adalah cita-citanya, sebelum aku kenal lebih dekat aku kira dia sombong dengan segala kecantikannya namun ternyata adem dan santun.
"aku tidak akan bisa lupakan Indonesia" katanya berapi-api
"sama" jawabku singkat
'ini tentang negeri hijau di antar samudera yang biru abi" katamu sejenak sadarkan aku
"aku harus bagaimana?' tanyaku spontan
"harus bersyukur adanya, karunia Allah swt inilah yang aku  tidak bisa berkata apa-apa di negeri ini" jawabmu penuh di plomatis, pantas kamu ambil jurusan hubungan internasional dan fakultas Adab waktu dulu kuliah di Jogja
"aku kaget atas kekaguman tentang negeri aku ini" jawabku setengah malu-malu kucing
"ini tentang atas nama cinta kepada negeri  abi" katamu membuatku sedikit bertanya dalam hati
"aku cepat atau lambat tetap harus pulang ke negeri Palestina untuk sampaikan kabar baik ini kepada saudara dan keluargaku" jawbmu  yang entah mengapa membuat aku kaget.
Anisa tidak sendiri di Jogja kala itu bersama kakak kandungnya dan juga teman-temannya yang mendapat beasiswa studi  di Jogja d dan membuat kami semakin yakin Palestina dan Indonesia adalah dekat sekali rasanya.
**
Perang itu membuatku gundah semua orang harus membela negerinya namun kenangan seakan tidak bisa kami lupakan agresi Israel ke Palestina dan gaza membuatku gundah kabar terakhir kakak kandung anisa ikut jadi komnbatan dan anisa aktif dalam palang meerahh palestine dan aku semakin yakin bahwa inilah wanita pilihan  yang didatangkan Allah swt kepadaku.
"kita tidak akan tahu nasib, namun ujung peluru para penjajah sudah didepan mata kami" keluhanmu terakhir di medsos kepada aku
'hati-hati" jawabku kalau itu
"peluru itu begitu tajam banyak pengungsian, rumah sakit, dan rumah penduduk rata dengan tanah" jawabmu sendu
"harus bisa bertahan" jawabku memberi semangat
"namun semua terserah Allah swt kita harus tetap bertahan segala hal ini" lanjutan jawaban yang membuatku semakin kecut  melihat nyali seorang perempuan begitu membara di dadanya, merdeka atau mati syahid
'kami terinspirasi perang kota ala pejuang Indonesia abi, kakak dan  saudara angkat senjata juga akhirnya" jawabmu penuh semangatÂ
"gaza sudah rata dan aku hanya bisa kisahkan lewat kata
walau aku tidak suka perang namun kemerdekaan itu adalah hak kami dan kami lebih suka merdeka
atau mati Syahid"
Hampir tiga bulan ini  kesedihan melanda hampir 20.000 orang tewas dan  di gaza hanya aku berharap semua orang akan sadar betapa perang bukanlah satu-satunya jalan terbaik untuk mengakhiri penjajahan di bumi Palestina ini.  Aku hanya bisa mengeja kata dan berharap semua berakhir dengan terbaik.
Anisa aku hanya berharap matahari di ufuk timur segera terbit di atas gaza sehingga burung dan cerahnya pagi menghampiri  semua dengan kebahagiaan tanpa terdengar lagi bunyi bom dan  desingan peluru di kotamu,.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H