Mohon tunggu...
S.DJumi
S.DJumi Mohon Tunggu... Lainnya - menulis apa adanya

Menulis apa adanya sebab hidup apa adanya Tidak mengada ada

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berburu Banteng

3 Agustus 2023   17:46 Diperbarui: 3 Agustus 2023   17:52 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juli ini hari yang panas dan kemarau yang panjang, banyak yang tidak tahu bahwa iklim berubah dengan cepatnya semua tanpa sebab, sebab banyak wacana yang  bergulir  hitungan tahun depan kepala suku akan berganti, banyak  keluarga suku yang kasak-kusuk untuk  mendapatkan kesempatan ini.

.............

Musim kemarau di bulan juli sungguh menyiksa  sebagian warga

banyak yang langsung sakit tidak kuat perubahan cuaca ini

banyak yang bilang inilah  musim panas yang benar-benar panas

semua harus di jalankan untuk kelebih baik adanya

...........

"pergantian kepala suku ini benar adanya mas , " resah istriku  sambil sedikit was kepadaku

"ini tentang nasib kita dik" kataku pelan

"nasib, kitalah yang akan menentukan sendiri nasib kita" jawab istriku kepadaku

"kita harus tahu ini urusan bersama " jawabku sedikit memaksa lagi kepada istriku

"aku tahu mas tidak loyal" seru istriku

"aku tetap loyal kepadamu sayangku" istriku menatap aku tidak percaya dan senyumnya akhirnya mengembang

Juli ini benar adanya musim kemarau yang semakin menjadi  panas itu sebagian wilayah kami wilayah suku yang sungguh membuat kami prihatin adalah menipisnya stock makanan bagi kami. Musim kemarau ini kami hanya tetap mengandalkan sayur dan juga lumbung padi dan lumbung ketela di rumah-rumah kami.

"aku berharap satu mas " pernyataan yang  membuatku kembali bertanya lagi kepadanya

"aku tidak mau semu di korbankan, Februari sudah semakin dekat tinggal tujuh dari delapan bulan sayangku" jawabku singkat

"wah..lupa mas kamu fokusnya kok pergantian kepala suku kita sich?" tanya istriku lagi

'maaf semu sudah dekat dik, kita harus siapkan diri untuk berjuang dan selalu melangkah dengan optimis "

"optimis mas?"

"bagaiamanapun ini sebuah tanda zaman, kepala suku sudah sepuluh tahun berkuasa "

"dan semua ini haruskah korbankan aperut-perut kami disini?"

"aku rasa mereka yang jadi pemimpin di suku ini tidak akan korbankan perut rakyat"

"ini nyata mas.."

Musim kemarau ini menjadi pertanda bahwa daerah kami sedang tidak baik-baik saja semua dalam pengaruh musim yang bisa membuat beku suhu tubuh di malam hari dan membuat meriang panas di siang hari dan ini sudah terbukti banyak yang jatuh sakit karena perubahan musim ini.

Banyak petinggi suku  yang mengabaikan semua yang menimpa  kesusahan kami, mereka hanya akan mengatur dan fokus untuk meraih kursi jabatan seiring pergantian  kepala suku februari kelak.

Beberapa rakyat sudah mulai kasak-kusuk dan mulai menjalankan semua strategi yang akan mereka jalankan demi perut mereka dan hanya satu jalan yang akan mereka tempuh untuk memenuhi isi perut merek di tengah kemarau yang kering ini demi kelangsungan hidup mereka saat ini.

"kita harus mengorbankan yang ada" seru sebagian dari kami

"harus bisa mencari solusi" kata sebagian  tetua

"kita tidak akan menunggu ketua suku yang baru " kata  anak-anak muda

"apakah kita hanya memikirkan apa yang banyak diatas  tentang perebutan kuasa kursi  ketua  suku yang baru?' teriak mereka nyaring

Semua seakan menjadi nyata demi tuntutan perut mereka akhirnya sepakan untuk memburu hewan mitos mereka 

"kita harus memburu Banteng"

"jangan nanti kena  balak kita?" 

"harus siapkan diri kalian"

"demi perut"

Beberapa orang sudah mengasah tombak, parang, arit dan  juga pedang mereka , sepakat untuk memburu hewan mitos yang di kultuskan hampir sepuluh tahun ini untuk memenuhi hasrat mereka dan demi perut merek yang kelaparan di ujung kemarau yang sungguh membuat semua harus bergerak bukan memikirkan pemilihan kepala suku yang terbaru ini.

Semua yang terjadi adalah  takdirNya yang berkuasa akan menjadi tidak berkuasa dan yang di agungkan akan tersungkur di bawah kaki rakyat.

Sebab semua rakyat inginnya satu menuju kebebasannya yang hakiki sesuai kehendak hati rakyat sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun