Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ratu Mantu

13 November 2022   20:27 Diperbarui: 13 November 2022   20:30 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratu mantu


Ketika banyak tamu agung yang akan datang

Semua permadani di gelar

untuk songsong pernikahan agung

banyak rakyatnya di kerahkan 

untuk menyukseskan hal ikhwal pribadi sang ratu


semua yang gronjal di haluskan

semua yang kotor di bersihkan

doa dan usaha di jalankan dengan santun

membuat semua orang terhenyak kagum


jalan yan di lalui  harus  di haluskan

demi rasa nyaman sesaat

walau harus tutup telinga

ketika jalan desa banyak yang seperti kali asat


menjerit dilalui

karena perut rayat mual 

ngronjal

buat yang beli telur takut pecah semua

.....

Mas bagong agak cingak entah mengapa jalan yang di depan rumahnya menjadi halus padahal kemarin seperti kali asat dan ini  sungguh sebuah keajaiban, sehari semalam, langsung halus, tidak  hujan dan tidak panas tiba-tiba saja.

Mas Arjuna anak kost coba memahami mas Bagong pemilik angkringan langganannya yang  menceritakan dengan lugu kahanan, keadaan di kampungnya.

"tidak nonton tv mas bagong?" tanyaku sedikit ngetes

"tv masih analog jadi hilang semua stasiun tvnya" jawabnya lugu

"kojur tidak dapat bantuan STB po mas ?" tanya penikmat angkringan di salah pojok Jogja ini sedikitbertanya

Sungguh semua tahu hari ini sebagaian besar Tv mulai pindah ke digital dan mas Bagong ternyata tidak kebagian STB gratis dari pemerintah ini  jadi keman itu pembagiannya. Arjuna bingung

"tidak usah bingung mas, nonton hp mawon"

"ya nggih to mas "jawab merendah

Serem memang jalan desa yang biasanya gronjal dan banyak lubang dalam seminggu ini sebelum pesta pernikahan putera sang ratu nampaknya membuat mas bagong kaget gumun dan tidak terpikirkan di benaknya semua menjadi rata dan halus adanya beda sat dirinya berkoar dan menanam pohon pisang karena jalan desa satu-satunya itua penuh lubang menganga sperti mulut buaya yang siap santap siapa saja yang lewat di jalan desanya.

" ajeng onten ratu matu mas bagong" celetuk seorang bapak tua di pojok angkringannya

" mantu sik endi?"

"anak ragile lanang  itu"

" woh ..." mas bagong baru tahu sang ratu kencana mau mantu dan itu  menjadi berkah tersendiri bagi desanya jalannya jadi bagus dan tidak bolong sana-sini,

"mumpung jadi ratu mas,' celetuk seorang pengamen di dekatku

" ya segitunya ya mas?"

" manut..."

Nampaknya sang ratu ingin membuat kejutan bagi rakyatnya yang kebetulan di laluinya untuk  mantu kelak sebab  itu semua steakholedr di kerahkannya untuk menyukseskan gelaran mantu ini seperti gelaran pertemuan para raja di sekitar kekuasaan saat ini yang lagi ramai di media massa.

" anu mas arjun saya tanya"

"tanya apa mas Bagong?"

"maaf apakah saya penjual angkringan ini bisa dapat STB itu?"

" saget bisa mas" belum selesa aku menjawab tukag becak di belakangku nyeletuk buatku kaget juga

" tuku, beli saja sendiri  " semua tertawa

Angkringan Jogja membuat semua tersenyum lebar  rasa itu tidak bisa terbeli dengan sego kucing dan segelas teh panas atau jahe panas, rasa, ngobrol ringan kekinian dan ngudarasa yang di jagad  dunia maya bisa jadi ke UU ITE  agaknya di angkringan bisa jadi itulah solusi kami  di bawah bendera orang kecil.

" ora di undang neng bali po kang?" tanya kusir andong kepada mas Bagong

" undaangane wis  entek je"

semua orang tertawa dengan tingkah lucu mas Bagong inilah yang buat kangen akau di Jogja lama-lama  tempat ziarah guyon pari keno yang langka dan tempat  heling termurah daripada di cafe-cafe yang hedon dan sok koreanisme.

" wing aku di undang lali ra tak nyangi je"

"Walah kowe ngono kokehan brutu"

aku tersenyum dengan canda ini yang tidak pernah ada di kota-kota besar dan bukan stanup komedi yang ada di stasiun TV atau hiburan cafe yang mahal cukup di angkringan jogja saja  buat hangat udara Jogja yang hampir bekukan darahku sore ini.

#gerimis malioboro

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun