Ternyata benar waktu hampir dua tahun aku terdampar di ibu kota  yang keras ini, yang tanpa ampun melibas semua angan dan cita-cita dan angan.
Lupa, aku terjebak dan terjerembab dalam lupa dan duka, semua menjadi harus dimulai dari nol, aku hidup dari menumpang sedikit demi sedikit aku tabung untuk pulang kampung.
"Tidak usah pulang mas, pekerjaanmu itu membuat aku senang"kata mba win majikan aku yang mau menerima aku saat aku jatuh kala itu.
Virus itu membuat mba win harus relakan suaminya meninggal saat itu.
"Bukan salahku atau salahmu aku takdirnya begini"katanya di tempat usaha warteg dan juga tempat tinggalnya itu.
Aku kenal ning saat itu yang tergesa pulang karena simboknya juga meninggal karena wabah ini juga.
Jelas ketika suara hati aku ungkapkan ning menggeleng, tidak menjawab semua kejujuranku saat itu.
"Ning aku ingin berjumpa lagi, serius ning"
"Monggo, maaf aku belum bisa menjawab mas, "
"Aku tahu"
Momentum itu belumlah pas dua tahun menunggu jawabmu medsosmu sudah hilang dari hp aku itulah mengapa aku kangen padamu.