Demi waktu (13)Â Ning..
....
Bulat aku perjuangkan segalanya
Segepok uang di tas
Saksi bisu
Walau semua menjadi bisu
Keadaan tidak bisa ditebak
Seperti hujan di bulan mei ini
"Aku tetap sayang walau apa terjadi"
"Bulatkan tekad untuk hati"
"Walau kadang lupa diri"
Mencapai waktu
Batas akhir hidup
Untuk gapai kemuliaanMu
....
Niat pulang ke rumah itu aku bulatkan karena bagiku pandemi corona hampir dua tahun ini seakan membelengguku dalam penjara hidup ini.
Rindu bapak dan simbok itulah yang ada di hatiku saat ini momentum lebaran ini sungguh buatku harus dan cepat pulang kerumah saat ini.
"Cepat pulang dan semua akan menjadi nyata adanya" pesan yang entah mengapa buatku menjadi gelisah di perjalanan ini.
Perjalanan ini sungguh terasa berat kaki terasa tersandung-sandung trotoar, nafas rasanya tersengal untuk pulang ini.
"Aku tidak ingin pulang lagi ke Jakarta" katamu waktu itu
"Ini tuntutan hidup"jawabku singkat
Ternyata benar waktu hampir dua tahun aku terdampar di ibu kota  yang keras ini, yang tanpa ampun melibas semua angan dan cita-cita dan angan.
Lupa, aku terjebak dan terjerembab dalam lupa dan duka, semua menjadi harus dimulai dari nol, aku hidup dari menumpang sedikit demi sedikit aku tabung untuk pulang kampung.
"Tidak usah pulang mas, pekerjaanmu itu membuat aku senang"kata mba win majikan aku yang mau menerima aku saat aku jatuh kala itu.
Virus itu membuat mba win harus relakan suaminya meninggal saat itu.
"Bukan salahku atau salahmu aku takdirnya begini"katanya di tempat usaha warteg dan juga tempat tinggalnya itu.
Aku kenal ning saat itu yang tergesa pulang karena simboknya juga meninggal karena wabah ini juga.
Jelas ketika suara hati aku ungkapkan ning menggeleng, tidak menjawab semua kejujuranku saat itu.
"Ning aku ingin berjumpa lagi, serius ning"
"Monggo, maaf aku belum bisa menjawab mas, "
"Aku tahu"
Momentum itu belumlah pas dua tahun menunggu jawabmu medsosmu sudah hilang dari hp aku itulah mengapa aku kangen padamu.
Semua harus menerima kenyataanÂ
Aku hanya terburu untuk menjumpai bapak dan simbok lebaran ini, kupaksakan dan aku bersumpah tidak akan kembali lagi ke Jakarta.
"Sehat to lhe"kata simbok padaku
"Nggih mbok" jawabku singkat
"Njur sesuk arep neng Jakarta ?"tanya bapak padaku
"Tidak mbok" jawabku ketika aku berjumpa lagi setelah dua tahun ini tanpa kabar berita dua tahun, lama banget!
Bapak ibu sudah sepuh aku anak kedua dari kakak aku yang sudah almarhum juga karena virus itu.
"Mba?"kaget aku ketika aku masuk ke pawon rumahku.
"Ya?" Jawabnya padaku
"Di ngapuro yo mba, mohon maaf baru bisa pulang tahun ini" jawabku singkat.
"Ora popo, sehat to?"tanya kakak iparku itu dengan senyumnya yang bahagia.
"Aamiin sehat mba"
"Maaf aku wis meh seminggu neng kene, nggodogke wedang , bapak ibu okeh tamune"
"Matur suwun, terimakasih mba
"Fendi kelas piro mba?"
"Walah wes arep lulus SD dik"
"Maaf suwe ora ngabari, hpku rusak,karo maneh ora nduwe duit nggo tuku pulsa.."
"Ngapusi kowe dik"
"Ha ha" aku tertawa bersama dan cep semua sepi.
"Persis kakakmu, guyonmu itu"
"Aku arep nggarap sawah wae mba"
"Lha kok?"
"Jakarta wes ameh pindah kalimantan"
"Bagus, sawah kakakmu tulung di garap ugo dik"
Aku jadi bingung kakak punya sawah?"
"Wes joko bodo, "ibu masuk ke dapur dan aku kaget dibuatnya.
"Maaf?"
Aku tidak tahu keinginan bapak dan ibu aku benar dapat anugerah syawal ini atau ini musibah.
"Bapak simbok setuju kalau mantan istri kakakmu ini kamu persunting jadi istrimu" kata bapak buatku kaget dan sedikit tidak percaya, aku harus panggil mba atau?"
#sayyidj
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI