Aku ingin menua bersamamu
Jalankan hidup yang penuh liku ini
Perjuangan atas nama cinta
Demi waktu
Kita sebenarnya dalam kerugian
Kecuali kita adalah orang yang selalu bersabar
Untuk mengerjakan amal sholeh dan kebaikan
...
Puisi ini aku baca lagi, tulisan yang entah mengapa seperti mewakili keadaanku saat ini, ini tentang cintaNya kepada makhluk didunia ini.
"Seperti burung yang terbang bebas di muka bumi, pergi pagi pulang petang demi menjemput rezeki untuk anak istri di sarangnya" lanjutan tulisan itu aku baca lagi berulang-ulang, aku sadar kenyataan ini.
"Seperti harus berusaha lebih keras dan lebih cerdas pagi mas"pernyataan yang sebetulnya aku sudah duga setelahnya.
Bukan aku mencari kebebasan tetapi kenyatanlah yang buatku masgul dan tidak percaya diri untuk hadapi setiap persoalan hiduo ini, walau aku tidak akan menyerah terhadap semua tantangan ini
Angin berhembus membawa udara sedikit panas di Jogja tetap aku berusaha tegar di bulan ramadhan ini.
"Ini memperjuangkan cintamu to mas?" Tanya mba kasir yang selalu membuatku tersipu malu karena potongan nota tagihan seperti potongan roda kehidupan sehari-hariku, arsip nyata.
"Sakniki, tumben utuh gajinya, tidak bon?" Setengah nada ledeknya padaku.
"Malu mba demi bakdo (fitri)besok"jawabku lirih, ketika aku melunasi hutang-hutangku bulan yang kemarin.
"Besok dapat THR jangan lupa lho mas aku"mukanya sedikit gembira memberi kabar itu padaku.
"Matur suwun, terima kasih infonya mba",jawabku merendah.
"Jangan lupa aku juga dibelikan gamis ya mas"guyonnya padaku membuat semua orang tersenyum dan tertawa padanya.
"Oh nggih"jawaban aku seakan menjadi penghibur baginya, gamis, aku jadi ingat padamu sayangku di rumah sudah hampir dua tahun ini juga belum terbeli maafkan aku.
"Kok diam mas?", aku cuma bercanda lho" jawab mba kasir yang selalu berpenampilan kekinian membuat orang senang selalu segan bila mempunyai masalah dengan keuangan di kantorku ini.
"Terima kasih mbak "jawabaku singkat sambil aku pergi dari ruangan itu.
Aku optimis tahun ini bisa bahagiakanmu dik, hati ini seakan melonjak seperti anak kecil yang dapat hadiah dari bapak ibunya.
"Senang sekali mas?" Kaget aku mendengar pertanyaan itu.
"Ya mas,",jawabku padanya
"Semua sudah selesai urusannya?" Tanya Â
"Aamiin sampun, sudah, "
Tahun ini sungguh perubahan nyata ketika dua tahun pandemi ini membuat semua tabungan hampir terkuras dan menumpuk hutang ditahun inilah saatnya membalas semua ini dengan senyum bahagia.
"THR kita dapat lagi"
"Saya sudah tahu mas"
"Kok tetap murung, ayo semangat dong"
"Aku sedang prehatin mas"
"Yang sabar...dan tetap berdoa"
Waktu yang tidak berpihak lagi padaku
Pandemi corona itu tidak pernah akun lupakan aku tahu keceriaan ramadhan tahun belumlah bisa membuatu hatiku gembira lagi.
"Ini tentang cinta kita mas, buah hati kita tetap harus mas perjuangkan untuknya"
"Ya dik"
Kenyataan seakan pamitmu itu menjadi nyata virus itu merenggut kebahagiaan kita. Harusnya ramadhan tahun ini kita masih bersama dengan buah hati kita yang menginjak remaja ini.
Wajah, cantiknya, tingkah lakunya mirip denganmu dik, senang baju gamis kekinian juga sama, itu anak kita.
Sungguh pesan virus itu membuat sedih hatiku sampai ramadhan tahun ini walau aku sudah mencoba bangkit lagi betapapun aku tidak bisa lupakan semua itu.
Virus yang membuatku hampir menyerah untuk tetap dan bangkit lagi di kehidupan nyataku ini.
"Demi waktu sesungguhnya manusia itu dalam kerugian kecuali orang yang beramal sholeh dan mengerjakan kebaikan"
Cuplikan ayat suci al qur'an ingatkan aku untuk lebih percaya diri untuk bangkit lagi hidup lebih baik lagi.
"Mba lin tadi bawakan rendang untuk kita pak" kata anakku ketika aku sampai dirumah.
"Lalu?"balik aku bertanya pada Ina anakku
"Nanti kita buat berbuka puasa bersama dong"jawabnya manja.
"Jadi tidak mau ini ayam goreng yang bapak bawa"
"Mau.."sedikit menjerit kepadaku.
"Tadi belajar tidak disekolah",
"Ya sulit, matematikanya, oh tadi eyang minta kita pulang mudik tahun ini"
"Ya siap "
"Senangnya bisa kerumah eyang"
"Ya, ya"
"Sungguh, mudik ke Kulon progo kan?"
"Bener"
"Sambil nyekar ibu ya pak"
Deg, hatu ini dan debar jantung ini seakan berhenti, Aku tahu tidak bisa halangi keceriaannya nanti pakdhe, bulik dari luar Jogja akan bergabung di rumah tabon itu, semuanya.Â
Rasanya tidak bisa tertukar dengan apapun suasana ini.
"Tetapi, baju gamis itu pa, yang kekinian, warnanya coklat maron aku mau pesan online, beli ya,??"
"Ya, ya"aku jadi ingat ini juga warna kesukaan mendiang istriku.
Aku lihat keceriaan ini tiada batas lagi..di ramadhan tahun ini.
#sayyidj
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H