"Seperti burung yang terbang bebas di muka bumi, pergi pagi pulang petang demi menjemput rezeki untuk anak istri di sarangnya" lanjutan tulisan itu aku baca lagi berulang-ulang, aku sadar kenyataan ini.
"Seperti harus berusaha lebih keras dan lebih cerdas pagi mas"pernyataan yang sebetulnya aku sudah duga setelahnya.
Bukan aku mencari kebebasan tetapi kenyatanlah yang buatku masgul dan tidak percaya diri untuk hadapi setiap persoalan hiduo ini, walau aku tidak akan menyerah terhadap semua tantangan ini
Angin berhembus membawa udara sedikit panas di Jogja tetap aku berusaha tegar di bulan ramadhan ini.
"Ini memperjuangkan cintamu to mas?" Tanya mba kasir yang selalu membuatku tersipu malu karena potongan nota tagihan seperti potongan roda kehidupan sehari-hariku, arsip nyata.
"Sakniki, tumben utuh gajinya, tidak bon?" Setengah nada ledeknya padaku.
"Malu mba demi bakdo (fitri)besok"jawabku lirih, ketika aku melunasi hutang-hutangku bulan yang kemarin.
"Besok dapat THR jangan lupa lho mas aku"mukanya sedikit gembira memberi kabar itu padaku.
"Matur suwun, terima kasih infonya mba",jawabku merendah.
"Jangan lupa aku juga dibelikan gamis ya mas"guyonnya padaku membuat semua orang tersenyum dan tertawa padanya.
"Oh nggih"jawaban aku seakan menjadi penghibur baginya, gamis, aku jadi ingat padamu sayangku di rumah sudah hampir dua tahun ini juga belum terbeli maafkan aku.