Aku tidak bisa berbohong lagi tentang apa yang bisa aku jalankan hari ini, tentang huru hara tentang nasib jelang awal tahun ini yang merubah semua suasana hati kami.
"Malu, atau tutup telinga tidak bisa atasi semua ini, solusinya harus bekerja keras, mas bro" semangat yang aku dapatkan di tengah teriknya hari puasa kedua belas ramadhan ini.
Klise semua orang bergumam tentang gantinya harga minyak goreng, tentang sembako yang tidak terbeli atau tentang bensin yang semakin mahal.
',jika aku bisa mengeluh, separuh lebih gajiku terbakar bulan kemarin, jadi bensin"kataku sepagi itu
"Lalu, haruskah aku percaya tentang amplop di dompetmu yang penuh tagihan itu mas?" ,katamu sengaja tanpa melirik isi dompetku.
"Aku akan beri sedikit upah ini untukmu, sayangku, "aku bergetar karena jawabanmu itu.
"Coba isi dompetmu lebih tebal mas, aku baru bisa meliriknya,"jawaban yang tidak aku sangka karena aku tahu, gajimu lebih dari upah buruhku ini
Waktu terasa cepat berlalu ini sudah hari ke dua belas, aku tidak tahu cepatnya waktu berlalu laksana salah satu tanda kiamat.Â
Apakah harus hidup laksana sandal yang berserakan tanpa tertata rapi
Hidup adalah berjuang untuk pulang menguatkan hati dan asa, tanpa basa-basi untuk yang tersayang.
Aku terpana