Jalan itu terasa sempit
Lapangnya buatku gundah
Hidup bukan laksana jalan umum
Semrawut tiada henti
Juga bukan jalan tol
Yang bayar dan makan di rest area
Juga bukan seperti arah kepegunungan
Penuh liku
Dan jurang
Pulang itu
Kehatimu
Hatiku
Hati kalian
Lebih nyata..
Aku hanya menatap sunyi keseruan anak-anak diujung maghrib ini, canda tawa yang tidak bisa tergantikan.
Lantunan lafal al Qur"an menambah hati ini terasa ingin rasanya ramadhan ini jangan cepat berlalu.
'Realis saja mas, semua harus bisa tahu mengapa harus begini nasib kita" itulah yang terngiang di kepalaku, ucapanmu yang entah berapa kali keluar membuatku semakin hafal dengan kenyataan ini.
"Aku sudah berusaha keras untuk semua ini, atas nama cinta kita dik"bantahku kala itu.
"Aku tidak peduli..titik" katamu tak bisa aku bantah lagi.
Semua serba sulit, ketika harus masuk bulan ramadhan ini hanya niat mendapat pahalaNya aku bisa bertahan.
Aku tidak bisa berbohong lagi tentang apa yang bisa aku jalankan hari ini, tentang huru hara tentang nasib jelang awal tahun ini yang merubah semua suasana hati kami.
"Malu, atau tutup telinga tidak bisa atasi semua ini, solusinya harus bekerja keras, mas bro" semangat yang aku dapatkan di tengah teriknya hari puasa kedua belas ramadhan ini.
Klise semua orang bergumam tentang gantinya harga minyak goreng, tentang sembako yang tidak terbeli atau tentang bensin yang semakin mahal.
',jika aku bisa mengeluh, separuh lebih gajiku terbakar bulan kemarin, jadi bensin"kataku sepagi itu
"Lalu, haruskah aku percaya tentang amplop di dompetmu yang penuh tagihan itu mas?" ,katamu sengaja tanpa melirik isi dompetku.
"Aku akan beri sedikit upah ini untukmu, sayangku, "aku bergetar karena jawabanmu itu.
"Coba isi dompetmu lebih tebal mas, aku baru bisa meliriknya,"jawaban yang tidak aku sangka karena aku tahu, gajimu lebih dari upah buruhku ini
Waktu terasa cepat berlalu ini sudah hari ke dua belas, aku tidak tahu cepatnya waktu berlalu laksana salah satu tanda kiamat.Â
Apakah harus hidup laksana sandal yang berserakan tanpa tertata rapi
Hidup adalah berjuang untuk pulang menguatkan hati dan asa, tanpa basa-basi untuk yang tersayang.
Aku terpana
Takjub dalam rasa
Aku diam seribu bahasa ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI