Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pulang

12 April 2022   17:12 Diperbarui: 12 April 2022   17:18 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pulang

Jalan pulang itu

Jalan itu terasa sempit

Lapangnya buatku gundah

Hidup bukan laksana jalan umum

Semrawut tiada henti

Juga bukan jalan tol

Yang bayar dan makan di rest area

Juga bukan seperti arah kepegunungan

Penuh liku

Dan jurang

Pulang itu

Kehatimu

Hatiku

Hati kalian

Lebih nyata..

Aku hanya menatap sunyi keseruan anak-anak diujung maghrib ini, canda tawa yang tidak bisa tergantikan.

Lantunan lafal al Qur"an menambah hati ini terasa ingin rasanya ramadhan ini jangan cepat berlalu.

'Realis saja mas, semua harus bisa tahu mengapa harus begini nasib kita" itulah yang terngiang di kepalaku, ucapanmu yang entah berapa kali keluar membuatku semakin hafal dengan kenyataan ini.

"Aku sudah berusaha keras untuk semua ini, atas nama cinta kita dik"bantahku kala itu.

"Aku tidak peduli..titik" katamu tak bisa aku bantah lagi.

Semua serba sulit, ketika harus masuk bulan ramadhan ini hanya niat mendapat pahalaNya aku bisa bertahan.

Aku tidak bisa berbohong lagi tentang apa yang bisa aku jalankan hari ini, tentang huru hara tentang nasib jelang awal tahun ini yang merubah semua suasana hati kami.

"Malu, atau tutup telinga tidak bisa atasi semua ini, solusinya harus bekerja keras, mas bro" semangat yang aku dapatkan di tengah teriknya hari puasa kedua belas ramadhan ini.

Klise semua orang bergumam tentang gantinya harga minyak goreng, tentang sembako yang tidak terbeli atau tentang bensin yang semakin mahal.

',jika aku bisa mengeluh, separuh lebih gajiku terbakar bulan kemarin, jadi bensin"kataku sepagi itu

"Lalu, haruskah aku percaya tentang amplop di dompetmu yang penuh tagihan itu mas?" ,katamu sengaja tanpa melirik isi dompetku.

"Aku akan beri sedikit upah ini untukmu, sayangku, "aku bergetar karena jawabanmu itu.

"Coba isi dompetmu lebih tebal mas, aku baru bisa meliriknya,"jawaban yang tidak aku sangka karena aku tahu, gajimu lebih dari upah buruhku ini

Waktu terasa cepat berlalu ini sudah hari ke dua belas, aku tidak tahu cepatnya waktu berlalu laksana salah satu tanda kiamat. 

Apakah harus hidup laksana sandal yang berserakan tanpa tertata rapi

Hidup adalah berjuang untuk pulang menguatkan hati dan asa, tanpa basa-basi untuk yang tersayang.

Aku terpana

Takjub dalam rasa

Aku diam seribu bahasa ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun