Ojo podo gumunan opo maneh kagetan
Tahun baru imlek tahun baru yang serasa beda dari biasanya hujan sepanjang hari menjadi terik sepanjang hari ini.
Saya tidak menulis tentang tabaru imlek ini tetapi saya menulis yang biasa sajs ads fenomena yang buat penyuka gorengan akan gigit jari karena sekarang gorengan jadi mahal harganya bila murah akan terjadi bentuknya beda lebih kecil dari biasanya.
Saya tidak salahkan menteri perdagangan yang konon harga minyak kelapa sawit kita lebih murah daripada punya negeri tetangga.
Saya juga tidak mau kritik karena harga jual minyak mentah dunia per metrik ton nya miliaran rupiah (hitungan pakai dolar $).
Saya juga tidak mau salahkan bila karena kebijakan pemerintah sendiri gunakan bio solar untuk tekan emisi gas karbon (solar biodiesel) pengganti solar minyak bumi.
Kurang data apalagi saya menulisnya konon pengusaha besar yang kaya raya pemilik merek  minyak goreng terkenal di Republik ini tidak mau di subsidi pemerintah untuk turunkan harganya pemerinta tidak bisa tekan karena jelas kontribusi pajak dan banyaknya karyawan perusahaan tersebut yang menjadi pertimbangan sanksi tidak ada bila tidak patuh.
Beda yang jualan curah dan gendulan atau gayungan bisa jadi ditekan untuk tidak boleh lagi jualan ,(akhirnya dicabut juga aturannya).
Kebijakan pro pemilik modal seakan menjadi batu sandungan untuk menyamakan harga minyak goreng di negeri ini.
Mereka lupa permainan supermarket swalayan toko yang tokonya sampai tingkat kelurahan selalu ada mereka berani bermain petak umpet hilangkan minyak goreng ini dari rak mereka tanpa sanksi sedikitpun adanya.
Dulu mungkin kebijakan sawitisasi ini tidak dihitung dampaknya sepuluh atau tujuh puluh tahun kemudian karena industri rumahan minyak kelapa sudah tidak terdengar lagi disubsidi seperti minyak kelapa sawit ini.
Para simbah dan eyang dulu biasa grengseng membuat sendiri minyak goreng ini tanpa subsidi, tanpa kebijakan dan tanpa promosi inilah uniknya di negeri ini.
Minyak kelapa tergusur minyak kelapa sawit dan membuat pencinta gorengan dan ibu-ibu menjerit karena langkanya minyak goreng sekarang ini.
Solusinya mari mandirikan dan buat lagi minyak goreng rumahan kita!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H