Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi

14 November 2018   22:10 Diperbarui: 14 November 2018   22:39 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alsayyid jumianto

Air  matanya masih basah pipiny diusap dengan pelan linangan bening sembab masih ada iujung pelupuk mata ini bukan sedih dan kesedihan yang dalam ini menghujam dadanya.

"aku tidak tahu semua harus berlau secepat ini" bisiknya pelan

" sudah Ning jangan sedih " bujuk seorang wanita di sebelahnya.

"bukan masalah tidak sdih mba ini rasa yang dalam dan semakin aku ingin lupakan semua terbayang dan masih tterkenang di hati ini maba' sesenggukannya semakin  menajadi seperti hujanyang tercurah di malam ini bukan rintaik saja tetpi lebat dan membuat suasana dingin seakan menghantar kesedihan seorang wanita atas cintanya.

Semua sudah berlalu

Malam ini

Ada rindu yang tidak bisa terkabulkan

Aku tahu  sayangku

Ini tentang cinta kita berdua 

Yang entah mengapa harus berakhir dengan duka lara ini

Puisi ini di lihatnya di bacanya pelan seiring hujan semakin deras di luar sana ini tentang rasa yang tidak bisa di tukar oleh apapun  kecuali terbalaskan.

"janji setia mba" lirih ceritanya

"janji-janji tidak harus di tepati to dik" jawab wanita di sebelahnya.

"janji untuk membawaku ketemu kelaurganya" lirih suaranya seakan tertelan riuh hujan malam ini.

"sudahlah jangan kamu sdih dk" bujuk wanita disebelahnya lagi.

"kami sudah membeli cincin kawain mba dan hari baik itu sudah kami tentukan mba, aku tidak tahu kenapa harus begini, takdirku dan masku" sesenggukan  tangisnya mulai pecah di malam ini seakan menandakan kehilangan yang dalam atas tragedi yang dilaminya!

Waktu

Kadang bisa tercipta 

Dan juga terlupa

 

Cepat berlalu

Atau lambat

 

Kita akan kembali padaNya

Sekali lagi Ning membaca puisi di Hpnya yang dikirimkan oleh sang kekasih hatinya, nampaknya inilah pertanda di akan"pergi jauh" dan ini menjdai nyata sekarang kehilanganlah yang membuatnya bersdih malam ini.

"aku tidak bisa mengatakan betapa kehilangan adalah sebuah tragedi kehidupan yang ada aku tidak bisa berkata apapun mba" jelasnya pada mba

"tetapi matahari akan selalu terbit di timur dik itulah kuasaNya dan kita jalani takdir ini didunia dengan lapang dada ya dik" bujuk mba disebelahnya.

Semua diam dan hujan di Yogya ini seakan menandakan jangan bersedih dan larut dalam kedukaan bahwa hujan juga merasakan maka basuhlah dengan airku ini semoga hatimu tenang.

#tragedi14112018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun