Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Tantangan Menulis Novel 100 Hari], Buku Biru 50

6 Mei 2016   20:03 Diperbarui: 6 Mei 2016   20:21 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita yang kemarin

alsayidja.paint

#‎TantanganMenulisNovel100Hari

Tentang janji surga (3)

Foto itu, yah membuat perasaan biru bercampur aduk, marah, dendam, suka, benci dan rindu bercampur aduk  dalam hatinya. Betapa kenangan hidup itu akan dijumpainya, akan datang dan akan bertemu dengan aku betapa gelisah  hatiku siang ini.

“Biru aku mampir nanti mau makan sopnya sekalian” lewat Wa Yun mengirim pesannya, perasaan campur aduk yang didalam hatinya di biarkannya luruh dan dia menjawab singkat “ya “, walau hatinya agak kaku dan kelu bagimana dan mengpa harus dipertemukan lagi dengan seseorang yang telah dianggapnya hilang dalam pikiran dan relung-relung hatinya yang dalam.

“mama tidaka asyiik nieh liburan mba Min ko pulang”

“enak to sopnya?”

“ya “ kata Dion padaku, aku lega dan aku memanggil kakaknya Dinda ke ruang makan juga pagi menjelang siang itu

“enak juga kaya mba min  yang masak, mama jag sih” kata DInda padaku

Aku masih memikirkan alasan apa yang akan kuberikan aku mau berkenalan  pertama kali, berpura-pura di depan Yuanita ataukah aku melengos dan tidak hiraukan keberadaannya , pikirnku agak galau sesiang ini.

Sebaiknya aku berpura-pura berkenalan saja!, itu keputusan jelas jelek dan biasanya satu kali berbohong akan di tutupi kebohongan berikutnya adalah manusia, ampuni aku ya Allah swt.

“mama ayo makan kok ngelamun sieh?”

“eh maaf  mama mau membuat jus Jambu merah, tante Yun mau kesini”

“pasti bawa oleh-oleh ya?”

“kamu Dion ko begitu ya ma?”

“Dinda Dion jangan berantem ini aku mau buatin juz untuk kit asemua”

“ya “  keduanya menjawab hampir serentak dan aku lega, tetapi apakah  seseorang yang sudah kuanggap hilang dalam hati ini bisa menajdi sahabat kelak adalah  harapan aku yang nyata kelak, semoga, aku hanya berharap ini, aku tidak mau melukai hati Yun bila dia jatuh hati terserah saja, kata hatiku supaya lega, dalam hati ini, semoga Yun bisa mengerati tentang kami, walau dia sebernarnya tidak taahu siapa mas ganteng yang bersamanya.

“Biru aku ketemu dia hanya sebatas yang  penggemar favorit bukunya” Wa itu muncul lagi.

“tidak papa, kenapa ya?”

“ karena kami bertemu tadi di Gabusan, Bantul,”

“acara apa?”

“pelucuran taman bacaan yang dirintisya di Gabusan sana”

Lega, tetapi aku tetap gundah hanya begitu saja mudah amat, ada rasa  iri dan cemburu sesaat tetapi mengapa Yun mau ajak dia mampir juga ,aku jadi  benar-benar tidak berdaya dibuatnya hari ini, hari libur nasional yang entah mengapa membuat hatiku tidak tenteram dibuatnya.

“mama juznya mana?”

Aku dengar kedua anaku meminta juz buatanku aku sadar dari lamunanku tadi

‘Ya” jawabku singkat

“mama aku pakai susu  kata dion padaku

“mama ini kurang esnya” kata Dinda padaku, ya menyenangkan punya dua anak cowok dan cewek yang sudah besar dan mengerti kesulitan mamanya yang sendiri ini, mas Harun pasti senang bila kami berlibur, selalu senang, semoga di keabadian  sana.

“mama banyak ngelamun ya?” tanya Dinda padaku

“tidak “ jawabku singkat

“apakah dinda membuat capek mama?”

“tidak senang saja”

“mama tidak boleh bohong, mikir papa lagi ya?”

“Dinda, libur tidak boleh sedih-sedih sini  seneng-seneng saja”

Aku coba cairakn suasana inilah yang aku takutkan Dinda tahu kegelisahan hati mamanya yang serba tidak enak ini.

 Kami pindah keruang favorit kami diruang tengah ada televisnya  aku masih memikirkan kedatangan Yun dan aku coba alihkan untuk menyenagkedua buah hatiku dengan bernyanyi bersama mereka di depan televise  ini, layar datar yang ada speaker dia kanan kirinya sering bersama mas Harun dulu berkaraoke ria  disini

Belum selesai satu lagu ada bel rumah yang berdentang dan Dinda meminta akn membuka  pintu untuk tamu itu

“ma ada tamu aku yang buka pintunya ya?”

“ya” aku tergeragap dan tambah berdegub keras jantungku saat ini juga.

BUKU BIRU

AL MURU'AH SAYYID JUMI ANTO

NO.62

JUMLAH KATA :582

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun