“bagaimana dik BIru? “ desak mas Bejo padaku
“saya bersedia kalau tidak merepotkan aku mengajarnya nanti”
“karena mas Bejo tidak punya anak aku jadi sepi ini Biru” keluh mba Sri padaku, memang meja makan ini sudah sepi bapak dan ibu kekamar sentong agak jauh dari meja makan kami, sepi dari anak-anak dan celotehnya setelah makan mereka pada keluar dan bermain di pendapa, hanya mba Min, aku dan dik Jun serta mas Bejo dan Mba Sri berada dimeja makan ini.
“akau mempertimbangkan mas Bejo untuk mengambil kamu istri kedua setelah aku bagaimana di Biru?” bagiamanapun inilah kekagetanku dan bagai halilintar yang menyambar kepalaku aku hampir tidak memperkirakan ternyata sampai begini keinginan mas bejao dan istrinya, aku akan dijadikannya istri kedua, aku diam dan diam
”dik Biru coba kamu pikirkan dan ini jelas ya kami pengen anak yang bisa membuat rumah kita nanti ramai kaya begini” kata mba Sri padaku.
Aku diam dan tidak maulah hatiku menolak keras
“nanti saya pikir-pikir dulu ya mba?”
semua diam dan senyap, aku jadi serba tak enak hati dibuatnya….
Apakah tahu
dalam hati
tidak terkira