Mohon tunggu...
Sayyid Jumianto
Sayyid Jumianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi orang biasa yang menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Buku Biru 12, [Tantangan Menulis Novel 100 Hari]

25 Maret 2016   19:26 Diperbarui: 25 Maret 2016   20:21 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="alsayidja,paint"][/caption]cerita yang kemarin:http://fiksiana.kompasiana.com/alsayidjumianto/buku-biru-11-tantangan-menulis-novel-100-hari_56f3bb8fb27e6173086ee0c7

 

BUKU BIRU

Al Murru'ah Sayyid Jumi Anto

No :62

jumlah kata: 564 

Mencintaimu setulus hati.

Yogyakarta kota tercintaku penuh kenangan indah tiada tara, semakin hari mulai memperlihatkan geliat perubahan nyata dalam kebudayaan ada arus modern yang masuk dalam sudut dan relung suasana hati yang mempertahankan budaya dan tradisi juga menerima apa yang dinamakan “modernisasi “ di dalam segala bidang. Nampak jelas di sudut-sudut Malioboro masih ada andong dan becak juga ada sederetan mall dan pembelajaan modern disekitarnya masih Nampak bebarapa gedung kuno yang menjadi land mark kota Yogya ini ada gedung Agung yang sekarang sebagai istana negara dan ada gedung DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenak itu, dan tak lupa ada sudut besar antara Beteng Vredeburg di depan Isatana Negara Gedung Agung juga ada kantor Pos Besar dan juga Gedung Bank Indonesaia yang terkenal di sebelah kanan jalan arah Malioboro  yang penuh kenangan ini.

Malioboro

Aku pernah mengelayut mesra di bahumu

Tanganku serasa masih kamu pegang

diantara riuh dan reda pengunjungmu

Tidak pernah terlupa

goda manismu

dalam bisik mesra

canda penjual kaki limamu

Aku tidak bisa melupakan benar-benar membuat semangat dalam duka dan lara juga membuat hati yang gembira ini menjadi nyata, ada kenangan indah yang tidak bisa akulupakan dengan bapaknya anak-anak mas Harun dan aku juga tidak bisa mengingkari hati aku juga punya mantan kekasih yang membuat hati ini duka lara kandas dalam perjalanan cintaku, Yogyakarta menjadi saksi bisu cinta ini benar-benar dalam kenyatan hidup aku.

“Sejuta rasa telah tercipta di jalan Malioboro ini,   membuat hati ini tidak bisa terlupakan masuk dalam relung hampa hati yang terus menerus bertanya mengapa hidup ini penuh rasa yang membuat kadang sedih dan senang  sesuatu yang lumrah dalam hidup ini”

Sore yang mendung ini aku diam dlam sholat maghribku disampingku ada Dinda yang mulai ikut berjama’ah dengan aku, dan ada Dion yang sedari tadi sore mengantuk, aku tahu kecapaian ikut di toko buku tadi siang,

“mama ngantuk”

“Ya Dion, boleh bobokan”

Aku mengelus rambutnya, benar dia sungguh lelah hari ini aku maklum adanya

“mama aku diajarin membuat PR ya?’

“PR apa Dinda?”

“Matematika, sulit mama”

‘Ya , mama mengaji dulu ya?” kebiasaaan habis sholat berdoa’a wirid dan mengaji beberapa ayat melanjutkan yang kemarin.

“ok juga mama sayangku”

Dion mulai ngantuk di sampingku, aku diam biar dia menikmati istirahat sore ini.

Rasa ini masih bertanya mengapa Lis tunangan mas Yanto itu sms aku siangtadi,akumasih bertanya-tanya kemana  dia, mengapa tunanganya “cemburu” pada janda cantik dua anak ini?.

“mama kok melamun ya?” aku kaget karena Dinda sudah didepanku dan  Nampak Dion sudah hampir lelap di pangkuanku ini,

“oh maaf Dinda, mama tidak ngalamun kok, mikir”

“mama aku diaajarin ini ya rumusnya benar sulit”

Ya mama semoga bisa cantik sayangku” Dinda tersenyum lebar, seperti ketika  mas Harun masih hidup, dia baru kali ini aku lihat senyumnya kembali,

“es krimnya kurang banyak” sindir dia pada mamanya

“beli sendiri” jawabku sedikit  mengagetkanya

“mama bisa  belikan dua ya mama?”

“Dinda belajar dulu ya anak cantik” kami tertawa juga akhirnya, dulu kami selalu bersama, sholat berjama’ah bersama dan ini lah yang selalu aku rindukan darimu mas Harun, hati ini tidak bisa selak, ya menghidar darimu kenangan indah bersamamu waktu itu.

“kakak sebaiknya belajar, ini kok mama yangkerjain PRnya?’

“sulit mama matematika, bapak dulu yang bisa ngajarin ini”

“ ya Dinda mama tahu jagonya matematika ya bapakmu, mama kalah deh”

deg  hatiku juga membenarkan inilah kenyataan yang aku hadapi sampai kapan kamu akan sendirian Biru, aku hanya berdo’a semoga Allah swt selalu melindungi dan memberi jalan bagi kami.

BERSAMBUNG

 

-novelbukubirualsayidja-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun