Ya mama semoga bisa cantik sayangku” Dinda tersenyum lebar, seperti ketika mas Harun masih hidup, dia baru kali ini aku lihat senyumnya kembali,
“es krimnya kurang banyak” sindir dia pada mamanya
“beli sendiri” jawabku sedikit mengagetkanya
“mama bisa belikan dua ya mama?”
“Dinda belajar dulu ya anak cantik” kami tertawa juga akhirnya, dulu kami selalu bersama, sholat berjama’ah bersama dan ini lah yang selalu aku rindukan darimu mas Harun, hati ini tidak bisa selak, ya menghidar darimu kenangan indah bersamamu waktu itu.
“kakak sebaiknya belajar, ini kok mama yangkerjain PRnya?’
“sulit mama matematika, bapak dulu yang bisa ngajarin ini”
“ ya Dinda mama tahu jagonya matematika ya bapakmu, mama kalah deh”
deg hatiku juga membenarkan inilah kenyataan yang aku hadapi sampai kapan kamu akan sendirian Biru, aku hanya berdo’a semoga Allah swt selalu melindungi dan memberi jalan bagi kami.
BERSAMBUNG